Keputusan BI ini, juga mengindikasikan BI ingin menahan `capital inflows` jangan terlalu kencang karena sewaktu-waktu bisa membahayakan kestabilan makroekonomi kalau sampai terjadi "sudden reversal".

Jakarta (ANTARANews ) - Keputusan Bank Indonesia (BI) tidak menaikkan suku bunga acuan (BI rate) diikuti bank-bank nasional dengan tidak menaikkan suku bunga pinjaman.

"Perbankan merespon positif keputusan BI tersebut sehingga tidak ada alasan bank-bank menaikkan suku bunga, kecuali ada gangguan likuiditas," kata pengamat ekonomi Ryan Kiryanto, di Jakarta, Senin.

Sebelumnya dilaporkan sejumlah bank-bank kecil telah menaikkan suku bunga pinjaman akibat meningkatnya biaya dana (cost of fund) bank tersebut.

Bank Mega misalnya masih tetap mempertahankan suku bunga pinjaman, setelah BI mempertahankan suku bunga acuan pada 6,75 persen

Sementara itu Direktur Kredit Bank Mega Daniel Rahayu mengatakan, banknya masih mempertahankan suku bunga pinjaman belum menaikkannya.

Mungkin saja ada bank kecil lainnya yang telah menaikkan bunga pinjaman akibat biaya dananya cenderung meningkat, katanya.

Menurut dia, bertahannya BI Rate BI pada 6,75 persen menunjukkan BI menjaga peningkatan kegiatan perekonomian yang disertai dengan stabilitas yang terjaga, di tengah tingginya ekses likuiditas domestik dan aliran masuk modal asing masih deras.

Keputusan BI ini, juga mengindikasikan BI ingin menahan `capital inflows` jangan terlalu kencang karena sewaktu-waktu bisa membahayakan kestabilan makroekonomi kalau sampai terjadi "sudden reversal", katanya.

Untuk kwartal tiga hingga kwartal empat lanjutnya dimungkinkan inflasi yoy naik sehingga ada kemungkinan BI akan menaikkan BI rate menjadi tujuh persen.

"Apalagi kalau pemerintah mencabut subsidi BBM untuk premium dan solar. Menjadi tugas berat bagi BI dan pemerintah untuk menekan inflasi yoy jangan sampai melewati enam persen supaya BI rate tidak naik," katanya.

BI akan terus menerapkan kebijakan moneter dan kebijakan makroprudensial, dengan penekanan pada pengendalian likuiditas domestik, aliran masuk modal asing dan apresiasi Rupiah yang sejalan dengan tren apresiasi nilai tukar di kawasan Asia.

(H-CS)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011