Tokyo (ANTARA News) - Perusahaan kelistrikan Jepang Kansai Electric Power Co menutup secara manual reaktor tenaga nuklir Nomor Satu di pabrik Ohi di bagian barat Prefektur Fukui, Jepang, karena masalah teknis sistem pendinginan Sabtu, kata media lokal.

Tidak ada kebocoran radiasi telah terjadi dan masalahnya tidak akan berdampak buruk pada lingkungan, menurut Badan Keamanan Nuklir dan Industri Jepang.

Tekanan di dalam akumulator dalam sistem inti darurat reaktor pendingin sementara turun pada Jumat malam, membunyikan alarm. Akumulator pendingin akan disuntikkan ke dalam reaktor dalam keadaan darurat, kata Kyodo News.

Tekanan telah stabil sejak itu, namun pemakaian reaktor dihentikan Sabtu malam untuk mencari tahu apa yang menyebabkan masalah itu.

Reaktor telah menjalani prosedur penyesuaian akhir sebelum operasi komersial untuk jangka waktu yang sangat panjang sekitar empat bulan. Reaktor 1.180.000 kilowatt itu setara dengan sekitar empat persen daya output total Kansai Electric.

Presiden Perusahaan Kansai Electric, Makoto Yagi mengeluarkan pernyataan, mengatakan, "Kami akan melakukan upaya maksimal untuk mengamankan kapasitas pasokan tambahan guna mencegah situasi yang mengarah pada pemadaman."

Pemakaian diharapkan meminta tindakan lebih banyak menghemat daya dari masyarakat dan industri akibat kecelakaan itu, sementara mengamankan pasokan dari utilitas lain, kata pengamat.

Reaktor Ohi, salah satu dari 19 yang masih aktif di Jepang setelah bencana gempa dan tsunami Maret yang mendorong krisis nuklir dunia terburuk dalam dua dekade, dioperasikan pada kapasitas penuh untuk tahap penyesuaian, termasuk pada saat kecelakaan terjadi Jumat malam.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011