Rembang (ANTARA News) - Sejumlah petani di Kecamatan Sumber dan Kaliori, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah mulai "banting setir" menjadi pelaut karena lahan pertanian mereka umumnya tidak produktif di musim kemarau.

"Bagi petani yang memiliki modal lumayan, mungkin masih bisa mencari keberuntungan dengan menanam palawija. Namun, petani kecil seperti kami, harus mencari alternatif salah satunya menjadi pelaut," kata Jasmin, salah seorang petani Desa Meteseh, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, Minggu.

Menurut ia, kebanyakan lahan pertanian di daerah itu adalah sawah tadah hujan, sehingga pemanfaatannya sangat minim pada saat musim kemarau.

"Kalau kami paksakan menanam palawija, kami khawatir gagal dan rugi. Sebab, saat musim kemarau, biaya garap lahan cukup tinggi, sehingga kami pilih menjadi pelaut saja," katanya.

Ia menyebutkan penghasilan dari melaut berkisar Rp15.000 hingga Rp20.000 per hari.

"Berangkat menjelang waktu subuh dan pulang menjelang tengah hari. Meski penghasilannya tidak banyak, namun lumayan bisa untuk uang saku anak ke sekolah," katanya.

Hal senada diungkapkan Mizan, petani di Desa Grawan, Kecamatan Sumber.

"Saya memang sengaja membiarkan lahan pertanian saya seluas seperempat hektare menganggur. Di awal masuk sekolah ini, petani seperti saya perlu uang secara cepat dan itu tidak bisa diperoleh dengan memanfaatkan lahan pertanian," katanya.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011