Tomohon (ANTARA News) - Gunung Lokon kembali meletus dan mengeluarkan awan panas ke udara dengan ketinggian sekitar 3000 meter, Minggu (17/7) pukul 10.42 Wita.
"Letusan ini lebih tinggi dari sebelumnya tetapi hanya mengeluarkan abu vulkanik tidak disertai dengan lahar, dan kami tetap mengingatkan seluruh pengungsi memakai masker supaya tidak mengalami gangguan pernafasan," kata Koordinator posko lapangan tanggap darurat bencana PMI Sulawesi Utara, Irwan Lalegit, di Tomohon, Minggu.
Dikatakan Lalegit hingga Minggu ini jumlah pengungsi sudah mencapai angka 4.868 jiwa dari 1.355 Kepala Keluarga yang tersebar di delaan titik pengungsian yang berasal dari Kelurahan Kinilow I, sebagian Kakaskasen, Tinoor I dan II serta Rungku Wailan.
Warga yang diungsikan tersebut kata Lalegit adalah yang bermukim di kawasan rawan bencana dua pada radius tiga kilomter dari Kawah Tompuluan, agar tidak menjadi korban letusan Gunung Lokon.
"Kami melayani 512 jiwa pengungsi di dapur umum dan membagikan selimut dan tikar bagi semua pengungsi tetai memang masih kurang, selain itu juga mendistribusikan masker bagi warga yang membutuhka," kata Lalegit.
Lalegit juga mengatakan mereka sedang menunggu konfirmasi dari pemerintah untuk memindahkan para pengungsi ke tempat yang lain seperti kantor lurah dan lokasi lainnya, karena sekolah-sekolah akan digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Mengenai kondisi para pengungsi dikatakan Lalegit semuanya masih dalam keadaan aman dan tidak ada korban, yang meninggal sebelumnya itu karena sakit bukan kena awan panas atau debu vulkanik, dan hingga Minggu juga teta begitu.
Salah satu warga Kinilow bernama Liza Manoppo mengatakan ia dan keluarganya akhirnya mengungsi karena keadaan sudah tidak memungkinkan sehingga mereka harus menyelamatkan diri.
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono sudah mengunjungi para korban dan melihat dari dekat bagaimana keadaan mereka dan kebutuhan mereka, di pengungsian.
Gunung Lokon mulai meletus sejak Minggu 12 Juli lalu dan masih aktif sampai 17 Juli sehingga warga di sekitar kawasan rawan bencana tetap tinggal di pengungsian.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011