Ramallah, Tepi Barat (ANTARA News) - Kelompok Hamas telah menggeser partai Fatah dengan suara mayoritasnya dalam pemilihan umum Palestina Rabu lalu yang hasilnya akan membawa dampak berarti dalam proses perdamaian Timur Tengah. Hasil penghitungan suara setelah pemilihan umum pertama Palestina dalam satu dekade terakhir yang telah mampu menarik 75 persen pemegang hak suara menggunakan hak pilih mereka telah memperlihatkan Hamas dapat membuat perubahan dramatis dengan masuk ke perlemen apabila mampu mendapatkan dukungan suara tak jauh dari perolehan Fatah. Dengan kemungkinan tersebut, terbuka lebar bagi Hamas untuk dapat meminta hak ikut bergabung dalam jajaran kabinet pemerintahan maupun legislatif. Sementara itu, Israel telah mengingatkan bahwa pihaknya tidak mau berurusan dengan kelompok garis keras itu yang dikatakan masih menggunakan praktek kekerasan dalam perjuangan dan sikap masih terus menolak hak berdirinya negara Jahudi. Gedung Putih juga bersikap sama dengan Isrtael dalam menghadapi Hamas, dengan menegaskan sikap Washington yaitu menmandang Hamas sebagai organisasi teroris. Sebuah jajak pendapat yang mempublikasikan perkiraan yang dilakukan oleh Universitas Bir Leit dari Tepi Barat dikatakan Fatah memenangi 63 kursi dalam parlemen yang beranggotakan 132 kursi dibandingkan Hamas yang berhasil memperoleh 88 kursi. Partai sayap kiri Front Populer Pembebasan Palestina (PFLP) meraih tiga kursi dan sisanya oleh kelompok independen dan partai kecil lainnya. Perkiraan hasil pemilu lainnya yang dikeluarkan oleh Pusat Kebijakan dan Penelitian Palestina di Ramallah memperkirakan Fatah dapat memeperoleh 42 persen dukungan suara, sementara 15 akan diperoleh Hamas, namun tidak memberikan perkiraan perolehan kursi lainnya. Tokoh penelitian dan pengamat politik dari harian Bir Zeit, Nader Said mengatakan penghitungan suara hampir rampung karenanya tinggal menunggu hasilnya.Seruan Abbas Mahmud Abbas mengatakan setelah hasil penghitungan suara mencapai 77 persen, rakyat Palestina telah memasuki era baru dan menyerukan kepada masyarakat internasional agar ukut mendukung kembalinya proses penyelesaian Timur Tengah secara damai. "Kami telah memasuki era baru dan kami sangat mengharapkan bantuan serta dukungan masyarakat internasional agar dapat menyelesaikan perundingan penyelesaian masalah Timur Tengah sampai tercapai persetujuan perdamaian dengan pihak Israel," kata Abbas, seperti dilaporkan AFP . Namun pejabat sementara kepala pemerintahan Israel, Ehud Olmert telah mengatakan pihaknya tak akan membiarkan Hamas yang dianggap bertanggung jawab atas peristiwa peledakan bom selama lima tahun terakhir ikut serta dalam jajaran pemerintahan hasil pemilu Palestina. Seorang tokoh senior Fatah yang aktif dalam kampanye pemilu mengatakan partainya yang telah menguasai perpolitikan Palestina selama beberapa dekade merasa yakin akan mendapat dukungan suara yang cukup (mayoritas) yang akan membentuk pemerintahan baru. "Kami yakin Fatah telah memenangi pemilu yang dapat membuka kesempatan bagi kami untuk segeera membentuk pemerintahan baru," kata Mohammed Shtayyeh. Namun Hamas tetap berkeras mereka mempunyai jumlah dukungan suara yang berimbang dengan Fatah dan bahkan unggul dan menepis semua perkiraan jumlah perolehan suara. "Informasi yang kami peroleh mengenai penghitungan suara sejauh ini memperlihatkan kami (Hamas) memimpin, unggul dari Fatah," kata calon anggota Parlemen Hamas, Ismail Haniya. Peringatan Olmert Di Jerusalem, Olmert mengingatkan "Israel tak akan membiarkan Hamas untuk ikut ambil bagian dalam pemerintahan Palestina." Piagam Hamas yang dikatakan oleh sejumlah tokoh seniornya tak akan ada perubahan salah satunya berisikan seruan untuk menghancurkan negara Jahudi dan kelompok itu berjanji untuk tidak melucuti senjata walaupun telah memenangi kursi di Parlemen. Hamas selama ini mengkampanyekan melakukan perubahan dan reformasi mencoba mencari kesepakatan dengan Fatah mengenai proses penyelesaian perdamaian dengan Israel, masalah korupsi serta menyatakan pihaknya berhasil mendesak tentara Israel segera meninggalkan Jalur Gaza tahun lalu. Dalam wilayah rawan kerusuhan Gaza anggota pasukan penjaga keamanan ditempatkan di atap-atap gedung-gedung dan di jalan-jalan, sementara para aktivis mengibarkan bendera hijau Hamas serta warna kuning dari kelompok Fatah. "Saya pendukung Hamas, untuk apa saya menggunakan suara bagi Fatah, karena mereka hidup senang sementara rakyat hidup kekurangan" kata Abu Mohammed yang telah berusia lanjut di sebuah kantor kampanye Hamas. Penghitungan suara diperpanjang hingga dua jam di Jerusalem Timur karena pihak panitia pelaksanan pemilu Palestina mengatakan mendapat kesulitan akibat pihak Israel telah menahan sejumlah bagian penduduk untuk menggunakan hak suara mereka tepat waktu. Selain hal tersebut, pelaksanaan pemilu Palestina berjalan lancar walaupun tiga orang warga pendukung Hamas luka tertembak, sementara sejumlah pendukung Fatah saling melempar batu dengan pendukung Hamas dekat Hebron. Kerumunan pendukung Fatah berkumpul di kota Gaza menyaksikan pasukan penjaga keamanan yang menggunakan topeng menembak ke udara merayakan kemenangan. Gedung Putih memuji pemilu Palestina sebagai peristiwa yang menjadi tonggak historis, namun menolak untuk bekerja sama dengan kelompok Hamas. "Kami tidak akan bersedia bekerja sama dengan Hamas," demikian dikatakan juru bicara pihak AS, Scott McClellan yang mengatakan alasannya menurut pihaknya Hamas adalah pelaku teror dan kebijakan tersebut tidak akan berubah. (*)

Copyright © ANTARA 2006