Purwokerto (ANTARA) - Aksi bersama mencegah kekerdilan salah satu program prioritas yang terus diintensifkan oleh pemerintah guna mempersiapkan sumber daya yang maju dan berkualitas.
Terlebih lagi pada saat ini bangsa Indonesia sedang bersiap menyongsong revolusi industri 5.0, hal itu tentunya membutuhkan sumber daya manusia unggul yang mampu menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi.
Dengan demikian, upaya mencegah kekerdilan perlu menjadi perhatian bersama semua pihak, perlu kerja sama lintas sektor dalam memerangi masalah ini karena masa depan suatu bangsa terletak pada kemampuan untuk menciptakan generasi emas yang berkualitas.
Menurut data hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, angka prevalensi anak lahir dengan keadaan kekerdilan telah mengalami penurunan dari 27,67 persen pada 2019 menjadi 24,2 persen di akhir 2021.
Penurunan angka kekerdilan tersebut tentunya merupakan buah dari keberhasilan seluruh pihak dalam mencegah dan mengatasi kekerdilan, baik secara preventif, kuratif, maupun promotif.
Kendati demikian, persoalan belum usai karena upaya mencegah dan mengatasi kekerdilan masih perlu diintensifkan guna mencapai target yang ditetapkan pemerintah, yakni 14 persen pada 2024.
Untuk mencapai angka tersebut, masih perlu berbagai upaya strategis dan kerja keras mulai dari pusat hingga daerah dalam rangka melakukan intervensi penanganan kekerdilan dan juga mengedukasi masyarakat mengenai bahaya kekerdilan.
Ahli epidemiologi lapangan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dr. Yudhi Wibowo mengatakan masyarakat masih perlu ditingkatkan kesadaran dan pemahamannya mengenai pentingnya asupan gizi seimbang bagi buah hati mereka.
Baca juga: 24 kabupaten/kota di Sulsel bersinergi turunkan kekerdilan
Selain itu, pentingnya penyiapan kehidupan berkeluarga, pola asuh yang baik dalam keluarga, dan peningkatan akses layanan kesehatan.
Salah satu program strategis yang perlu dilakukan pemerintah di tingkat daerah adalah pemberdayaan dan penguatan fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya posyandu sebagai wahana pertama dan utama yang dapat mengingatkan masyarakat secara berkala mengenai upaya-upaya mencegah kekerdilan.
Posyandu mudah dijangkau para orang tua yang ingin memantau tumbuh kembang anak-anak mereka, mulai dari lingkar kepala, berat dan tinggi badan, hingga perkembangan psikologis anak.
Menurutnya, salah satu upaya mencegah kekerdilan dengan memantau tumbuh kembang anak secara rutin, khususnya dalam 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak. Langkah ini merupakan deteksi dini yang perlu menjadi perhatian semua orang tua.
Orang tua juga perlu mengoptimalkan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) guna membantu mereka memantau tumbuh kembang anak, karena di dalamnya terdapat grafik-grafik yang sangat lengkap yang dapat dijadikan pedoman bagi para orang tua dalam memantau perkembangan anak-anak mereka.
Selain itu, posyandu juga dapat dioptimalkan untuk memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya makanan bergizi sebagai salah satu elemen penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.
Anak-anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan perlu mendapatkan nutrisi yang baik sesuai yang dibutuhkan pada masa pertumbuhan. Orang tua harus memastikan pemenuhan gizi seimbang mulai dari karbohidrat, protein hingga mineral yang dibutuhkan oleh anak.
Dia juga mengingatkan mengenai pentingnya intervensi pencegahan kekerdilan oleh pemerintah daerah yang bisa dimulai sejak ibu hamil dengan cara memberikan tablet penambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan. Selain itu, dengan memberikan makanan tambahan bagi ibu hamil.
Bahkan sebelum sampai di situ, upaya intervensi dengan cara memastikan pemenuhan gizi pada ibu hamil dan memastikan persalinannya ditangani oleh dokter atau bidan yang ahli, serta setelah melahirkan nantinya menerapkan inisiasi menyusui dini, juga perlu dilakukan.
Hal ini nantinya akan berjalan beriringan dengan sosialisasi dan edukasi mengenai pentingnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif pada bayi baru lahir hingga usia bayi enam bulan dan dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI.
Baca juga: KPPPA: Tentukan media yang tepat guna narasikan kekerdilan pada publik
Dengan adanya edukasi yang gencar serta pendekatan yang dilakukan secara persuasif kepada seluruh masyarakat maka diharapkan program pencegahan kekerdilan akan dapat berjalan dengan baik.
Cegah kekerdilan
Upaya untuk mencegah masalah kekerdilan juga terus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah dengan menggencarkan berbagai langkah strategis melalui program Aksi Cegah Stunting (kekerdilan).
Dalam program itu untuk periode Januari-Juni 2022, Pemkab Purbalingga memperkuat sistem rujukan berjenjang sesuai kompetensi berbasis posyandu.
Kepala Dinas Kesehatan Purbalingga dr. Jusi Febrianto mengatakan keberadaan posyandu dioptimalkan untuk memberikan edukasi guna meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat agar dapat bersama-sama melakukan pencegahan kekerdilan.
Melalui kegiatan posyandu seperti pengukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala serta pemberian asupan makanan bergizi bagi balita diharapkan akan dapat menjadi langkah awal untuk mencegah dan menurunkan angka kekerdilan di wilayah itu.
Berbagai program dilakukan sebagai bentuk komitmen tinggi dalam upaya mencegah dan menurunkan angka kekerdilan di Purbalingga. Bahkan, salah satu desa di Kabupaten Purbalingga, yaitu Desa Karangaren, Kecamatan Kutasari menjadi desa percontohan program Aksi Cegah Sunting tingkat nasional.
Bila nantinya berdasarkan hasil evaluasi akhir program, Pemkab Purbalingga dinilai berhasil dalam program tersebut, maka konsep yang sama akan dikembangkan ke desa-desa lainnya di wilayah setempat.
Baca juga: BKKBN: Perbaikan gizi jadi urgensi pada 1.000 HPK turunkan kekerdilan
Menurutnya, masalah kekerdilan memerlukan perhatian penuh dari semua pihak yang ada di wilayah ini, termasuk juga para orang tua yang memiliki anak balita dan juga para calon orang tua yang sedang merencanakan kehamilan. Tujuannya tentu saja untuk menciptakan generasi emas yang berkualitas.
Jika melihat narasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa berbagai upaya intervensi untuk menurunkan angka kekerdilan terus dilakukan oleh pemerintah.
Kendati demikian, upaya untuk mencegah anak lahir kerdil juga membutuhkan andil besar dari para orang tua dan calon orang tua.
Sejak masa kehamilan hingga 1.000 hari pertama kehidupan anak maka asupan gizi seimbang perlu diberikan, khususnya pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI.
Mari bersama-sama mencegah kekerdilan, karena ini penting. Bukankah para orang tua menginginkan anak mereka tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas?.
Baca juga: RSUD Kudus siapkan poliklinik tumbuh kembang anak tekan kekerdilan
Baca juga: Menko PMK apresiasi penurunan angka kekerdilan di Kabupaten Madiun
Baca juga: BKKBN tekan angka kekerdilan lewat pembagian pil KB pada ibu hamil
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022