Jakarta (ANTARA) - Ketika Rafael Nadal pertama kali menjuarai Grand Slam pada French Open 2005 dalam usia 19 tahun, banyak yang ragu dia akan bertahan lama.

Para pengamat menyatakan intensitasnya tak akan berkelanjutan dan dalam beberapa tahun tubuhnya tidak akan mampu melewati begitu banyak turnamen sehingga karir Nadal tak akan panjang.

Dua dekade kemudian petenis Spanyol yang kini berusia 35 tahun itu malah menjadi petenis putra satu-satunya di dunia yang mengumpulkan 21 trofi Grand Slam.

Dia bahkan kini membuka jalan menyamai rekor 24 gelar Grand Slam milik Margaret Court atau setidaknya pensiun sebagai legenda tenis putra dengan trofi Grand Slam terbanyak sepanjang masa.

Setiap kali turnamen Grand Slam digelar, termasuk Australian Open 2022, selalu ada diskursus mengenai bagaimana generasi muda tenis menembus Big Three; Nadal, Roger Federer dan Novak Djokovic.

Faktanya, baru Dominic Thiem dan Daniil Medvedev yang pernah menjuarai Grand Slam ketika Thiem menjuarai US Open 2020 dalam usia 27 tahun dan Medvedev pada US Open 2021 dalam usia 25 tahun.

Petenis-petenis muda sepertinya masih akan kesulitan meruntuhkan dominasi Big Three, terutama duo Nadal-Djokovic.

Roger Federer genap berusia 40 tahun, tahun ini, dan selama empat tahun terakhir ia belum pernah menjuarai satu pun gelar Grand Slam.

Dan itu paling tidak menghilangkan salah satu batu sandungan untuk Nadal, apalagi dia tengah menantikan turnamen Grand Slam favoritnya, French Open, yang 15 tahun terakhir dia dominasi.

Hanya Federer, Stan Wawrinka dan Djokovic yang sesekali menembus dominasi Nadal dalam Grand Slam lapangan tanah liat itu.

Tahun ini, turnamen kedua dalam kalender Grand Slam itu bakal digelar dari 22 Mei sampai 5 Juni.

Baca juga: Federer selamati Nadal atas rekor prestasi Grand Slam
Baca juga: Nadal sebut kemenangan Australian Open "salah satu paling emosional"

Bisa lebih mudah

Kans Nadal menjuarai lagi French Open kian terbuka jika pesaing utamanya Novak Djokovic tak bisa tampil dengan alasan sama ketika dia tak mengikuti Australian Open 2022, yakni vaksin COVID-19.

16 Januari silam, parlemen Prancis dengan suara bulat meloloskan undang-undang yang mewajibkan vaksin untuk mereka yang mengunjungi restoran, arena olahraga dan tempat-tempat publik lainnya. French Open sudah pasti tercakup dalam aturan ini.

Kecuali aturan itu dicabut sebelum French Open atau Djokovic akhirnya mau divaksinasi, yang kecil kemungkinan terjadi mengingat petenis ini sangat memegang teguh prinsipnya, maka Nadal bakal menghadapi rintangan berat dari petenis Serbia yang menjegal ambisi Nadal meraih gelar French Open ke-14 pada 2021 itu.

Tapi Prancis membuat pengecualian untuk yang tertular COVID-19 dalam enam bulan terakhir. Djokovic, yang terakhir positif COVID-19 pada 16 Desember 2021, memiliki peluang tampil di Roland Garros mengingat Prancis Terbuka dimulai 22 Mei atau selama sekitar enam bulan seperti syarat pemerintah Prancis itu.

Hanya Inggris yang tidak mewajibkan vaksin kepada orang asing yang masuk ke negerinya, termasuk untuk mengikuti Wimbledon sehingga kemungkinan besar Djokovic bisa mengikuti turnamen ketiga dalam kalender Grand Slam ini.

Tetapi turnamen Grand Slam lapangan rumput ini sudah lama tak tersentuh Nadal karena terakhir kali ia menjuarainya pada 2010.

Namun demikian, sukses Australian Open 2022 setelah menunggu selama 13 tahun --ditambah jika dia menjuarai French Open empat bulan nanti-- bisa menambah semangat Nadal untuk menjuarai juga Wimbledon tahun ini setelah tahun lalu absen karena cedera.

Nadal bisa kian dimudahkan jalannya saat mengikuti US Open tahun ini, karena seperti Australia, Amerika Serikat mengeluarkan aturan wajib vaksin bagi yang masuk ke negeri itu sehingga Djokovic berpotensi tak bisa mengikutinya.

Jika skenario berjalan mulus untuk Nadal sampai US Open digelar dari 29 Agustus sampai 11 September nanti, maka Nadal berkesempatan meraih gelar Grand Slam ketiganya tahun ini, atau bahkan bisa saja menuntaskan satu tahun kalender Grand Slam dengan empat gelar.

Nadal sudah empat kali menjuarai US Open dan terakhir kali melakukannya pada 2019 ketika menaklukkan petenis yang dia kalahkan dalam final Austalian Open 2022, Daniil Medvedev, juga dengan lima set.

Sebelumnya dalam dua US Open terakhir yang masing-masing dijuarai oleh Dominic Thiem dan Medvedev, petenis Spanyol itu tak mengikutinya karena cedera dan kemudian absen karena menghindari jadwal padat akibat pandemi.

Setelah menjuarai Australian Open 2022 dalam kondisi hampir mustahil karena tertinggal dua set dari Medvedev, semua orang yang tadinya menyebut masa Nadal segera berakhir, menarik lagi lidahnya.

Baca juga: Nadal juara Australian Open, pecahkan rekor Grand Slam
Baca juga: Nadal berupaya mengubah yang mustahil menjadi kenyataan

Bisa tambah lagi gelar

Juara Grand Slam tujuh kali Mats Wilander salah satunya. Wilander sempat menyebut karir Nadal segera berakhir setelah dihentikan Djokovic dalam semifinal French Open tahun lalu.

Tetapi setelah menyaksikan bagaimana Nadal bangkit melawan petenis yang jauh lebih muda dan lebih bertenaga seperti Medvedev, Wilander kini balik menyanjung Nadal dan menyebutnya berada di jalan menuju GOAT (Greatest of All Time, terbesar sepanjang masa).

Faktor lain yang mendukung Nadal dalam perburuan gelar adalah generasi baru tenis yang terdiri dari Daniil Medvedev, Alexander Zverev, Stefanos Tsitsipas, Felix Auger-Aliassime, Denis Shapovalov, Jannik Sinner dan Carlos Alcaraz.

Mereka tinggal soal waktu saja untuk merebut Grand Slam pertamanya, kecuali Medvedev yang sudah melakukannya dalam US Open 2021.

Kehadiran mereka akan menaikkan persaingan dalam diri Djokovic, selain bagi Nadal sendiri, dan sekaligus menempa mereka untuk semakin baik.

Jika Nadal bisa memanfaatkan dominasi lapangan tanah liatnya untuk satu atau dua French Open lagi, maka dia mungkin bakal membuat kesenjangan yang terlalu jauh untuk dirapatkan pesaing-pesaingnya.

Djokovic sebenarnya yang paling mungkin mengakhiri karir dengan gelar Grand Slam terbanyak sepanjang masa, bahkan bisa melampaui rekor Margaret Court.

Tetapi Djokovic acap menyia-nyiakan peluang karena melakukan hal-hal tidak perlu seperti saat didiskualifikasi karena tak sengaja memukulkan bola ke arah hakim garis pada US Open 2020.

Setahun kemudian, dia malah tumbang di tangan Medvedev dalam arena yang sama.

Oleh karena itu, faktor Djokovic dan generasi tenis berikutnya yang belum terlalu mampu mengimbangi duo Djokovic-Nadal dalam waktu dekat ini, ditambah determinasi dan semangat bertempur Nadal yang sangat tinggi, maka petenis Spanyol ini menjadi yang paling mungkin memecahkan lagi rekor Grand Slam dalam waktu dekat ini.

Masalahnya, tiga atau empat lagi Grand Slam dalam era kompetisi tenis yang begitu ketat seperti sekarang adalah perjuangan mahaberat.

Tetapi kalau Anda menyaksikan bagaimana Nadal bangkit dalam kondisi nyaris mustahil setelah hampir dikalahkan Medvedev dalam final Australian Open 2022 itu, maka tak ada yang meragukan Nadal untuk menambah lagi trofi Grand Slam dan sekaligus meretas jalan menjadi GOAT.

Baca juga: Medvedev kecewa pada minimnya dukungan saat final Australian Open
Baca juga: Fakta final Australian Open 2022: Rafael Nadal vs Daniil Medvedev

Copyright © ANTARA 2022