Jakarta (ANTARA) - Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menilai varian COVID-19 Omicron tidak akan mempengaruhi ekonomi 2022 secara massif asal pemerintah memilih penanganan kesehatan yang tepat.
“Jika penanganan kesehatan dilakukan secara optimal, maka kita bisa berharap tren kinerja ekonomi tahun ini setidaknya tidak terganggu secara masif,” kata Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Yusuf menilai, dampak omicron terhadap perekonomian jangka pendek akan sangat bergantung respon pemerintah dalam menyikapi peningkatan kasus omicron setidaknya dalam dua minggu terakhir ini. Belajar dari pengalaman varian Delta yang terjadi di bulan Juli, dengan kenaikan kasus yang cepat umumnya itu akan mendorong pemerintah untuk membatasi aktivitas mobilitas masyarakat. Dengan terbatasnya aktivitas mobilitas masyarakat, tentunya akan membatasi aktivitas perekonomian.
Baca juga: Menparekraf: Belum ada arahan penutupan tempat wisata
“Muaranya akan berdampak terhadap aktivitas perekonomian di kuartal 1, khususnya itu ada potensi pertumbuhan ekonomi akan cukup rendah apabila pendekatan yang dilakukan itu tidak cepat dan juga kemudian kenaikan dari omicron sepanjang Februari dan juga Maret,” ucapnya.
Untuk mengantisipasi dampak penurunan pertumbuhan ekonomi di kuartal 1 karena varian Omicron, ia menyarankan pemerintah untuk lebih cepat yang mendorong langkah-langkah antisipasi penyebaran varian Omicron. Sehingga dampaknya tidak akan terlalu terasa sampai setidaknya sampai dengan Maret.
“Asumsi saya Februari ini akan menjadi semacam bulan dimana pemerintah akan fokus dalam penanganan Omicron ini,” ujar dia.
Baca juga: Menkes: Puncak kasus Omicron bisa lebih banyak 3-6 kali lipat Delta
Mengenai dampak jangka panjang dari Omicron ke perekonomian, lanjutnya, akan bergantung kepada penanganan dan juga seberapa lama Omicron meluas di masyarakat.
Lebih lanjut ia juga mengingatkan pemerintah untuk melakukan sejumlah upaya antisipatif seperti mempercepat vaksinasi di daerah-daerah dengan persentase vaksinasi yang masih rendah dengan berfokus pada kelompok masyarakat rentan. Lalu, meningkatkan kapasitas test, tracing dan isolasi, termasuk dengan maksimalkan peran dari Pedulilindungi yang bisa menjadi semacam alat untuk membuat masyarakat yang misalnya beraktivitas di luar lebih waspada terhadap penyebaran varian Omicron.
Selain itu ia juga menyarankan agar kegiatan-kegiatan seperti pertemuan tatap muka di sekolah mungkin perlu dipertimbangkan untuk di tunda sementara jadi diubah kembali ke pembelajaran jarak jauh demi memutus mata rantai penyebaran.
“Pemerintah perlu melihat situasi perkembangan Omicron, jika misalnya ternyata varian ini akan lebih lama, tentu perlu juga mulai dipertimbangkan varian bantuan yang akan diberikan oleh pemerintah ke masyarakat,” kata Yusuf.
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022