Jakarta (ANTARA) - Software manajemen berbasis artificial intelligence (AI) diprediksi menjadi tren bisnis di tahun 2022, karena dianggap nantinya dapat memudahkan pengambilan keputusan bisnis dengan pertimbangan risiko bertingkat, auto-upsell produk, otomatisasi pekerjaan, dan masih banyak lagi.

Inovasi ini merupakan terobosan baru pasalnya, hingga saat ini, di Indonesia belum dijumpai provider sistem otomasi bisnis yang terintegrasi dengan AI. Hadirnya fitur ini di dalam sebuah sistem enterprise resource planning (ERP) diharapkan dapat memberikan industri pilihan perangkat pendukung digitalisasi yang lebih canggih guna menghasilkan profitabilitas yang berkelanjutan.

Business Development Director HashMicro, Lusiana Lu, dalam siaran pers pada Senin mengatakan sebagaimana diteliti oleh CTI Group, software AI-ERP ini juga berpotensi meningkatkan produktivitas perusahaan sebesar 40 persen di tahun 2035 serta memberikan Nilai Tambah Bruto (GVA) di 16 industri sebesar 14 triliun dolar AS.

"Dengan potensi pendapatan yang fantastis, maka kita tetapkan tahun 2022 menjadi tahun di mana kita menggiatkan digitalisasi berbasis AI," kata dia.

Baca juga: Pakar ungkap kendala transformasi digital dan literasi keuangan

Lusiana melanjutkan, AI merevolusi peran dari sistem ERP yang sudah ada. Jika sistem ERP fokus pada otomatisasi proses bisnis dan analisis data, serta sentralisasi bisnis, fitur AI dapat melengkapi itu semua dengan saran optimasi bisnis melalui beragam informasi bisnis berupa forecasting, historical data, auto-action dan potensi optimasi efisiensi.

“Masalah utama perusahaan yang kami temui adalah minimnya sumber daya untuk melakukan analisis bisnis jangka panjang. Karena itulah kami hadir dengan solusi AI ini. Pertama, kita fokus untuk mengeliminasi hambatan berupa proses administrasi dan kalkulasi data yang kompleks. Lalu, AI akan bertindak sebagai asisten virtual yang membantu pengambilan keputusan dan menginformasikan potensi risiko,” kata dia.

Integrasi dua teknologi ini akan berpengaruh tidak hanya pada produktivitas, tetapi juga memiliki dampak yang signifikan terhadap kemampuan bisnis beradaptasi terhadap pasar yang fluktuatif, serta memberikan sumber daya lebih dari segi waktu dan materi untuk fokus pada pertumbuhan bisnis.

Menanggapi meningkatnya adopsi teknologi di industri belakangan ini, Lusiana juga yakin kedepannya potensi-potensi bisnis serta angka-angka prediksi yang menggiurkan dapat terwujud.

“Berlawanan dengan kepercayaan masyarakat umum, perusahaan-perusahaan di Indonesia sebetulnya sangat terbuka dalam investasi teknologi. Hal ini terutama terjadi pada perusahaan keluarga yang dikelola oleh generasi kedua dan ketiganya. Selain lebih akrab dengan teknologi, para pegiat usaha generasi saat ini sangat menyadari pentingnya penerapan teknologi.”

Dalam jangka pendek, HashMicro berorientasi untuk memastikan bahwa Sistem ERP berbasis AI ini dapat dijangkau dengan mudah oleh para pegiat bisnis. Sementara untuk jangka panjang, Lusiana dan tim sedang dalam tahap riset dan pengembangan untuk meluncurkan lebih banyak fitur cerdas lainnya untuk mendukung smart business.

“Indonesia memang sedang fokus mematangkan revolusi industri 4.0. Kita bergerak di sana mendukung pemerintah, namun juga fokus menyiapkan industri 5.0,” ucap Lusiana.

Baca juga: Borong dan Wiranesia edukasi UMKM Indonesia naik kelas

Baca juga: Presidensi G20 dorong transformasi digital inklusif

Baca juga: Kominfo apresiasi kolaborasi transformasi digital ASEAN

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022