Sanaa (ANTARA News/AKI) - Satu serangan udara pagi hari di Yaman selatan Kamis menewaskan puluhan orang diduga gerilyawan Al Qaida, menurut surat kabar Yaman Akhbar al-Youm.

Serangan fajar di provinsi Abyan itu dilakukan oleh sebuah pesawat tak berawak Amerika Serikat yang menembakkan beberapa rudal di sebuah kantor polisi yang diduduki oleh pemberontak, menurut laporan itu, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan Al Qaida itu terkait dengan telah ditumbangkannya 70.000 orang yang telah berlindung di gedung-gedung sekolah dan rumah-rumah ditinggalkan, menurut laporan terbaru Human Rights Watch (HRW).

Yaman memerangi Al-Qaida, pemberontak dan separatis Islamis, sementara protes anti-pemerintah telah menerapkan tekanan lebih lanjut kepada pemerintah yang diperangi.

Sementara itu, Presiden Ali Abdullah Saleh yang kini masih di Arab Saudi, kini dilaporkan telah pulih dari luka bakar yang dideritanya bulan lalu, dalam serangan bom di istana kepresidenan di Sanaa.

Dalam laporan sebelumnya dari Aden, AFP melaporkan bahwa tiga tersangka anggota Al-Qaida tewas dalam serangan udara tengah malam di daerah Al-Wadih di provinsi Abyan, Yaman selatan, kata seorang pejabat keamanan, Kamis.

"Angkatan udara Yaman melakukan tiga serangan ke kantor polisi di Al-Wadih, yang dikuasai oleh orang-orang bersenjata Al-Wadih selama lebih dari sebulan, menewaskan tiga orang," kata pejabat itu.

Menurut pejabat itu, serangan-serangan tersebut tidak menimbulkan korban di kalangan sipil.

Pasukan keamanan Yaman selama beberapa pekan ini memerangi kelompok orang bersenjata yang dituduh sebagai anggota Al-Qaida di Abyan, khususnya di ibu kota provinsi itu, Zinjibar, yang sebagian besar dikuasai oleh militan sejak Mei.

Kekerasan sejauh ini menewaskan lebih dari 135 prajurit sejak militan bersenjata yang menamakan diri "Pengikut Sharia" menguasai sebagian besar Zinjibar, ibu kota provinsi Abyan, pada 29 Mei.

Para pejabat keamanan mengatakan bahwa militan itu adalah Al-Qaida, namun oposisi politik menuduh pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh mengada-ada tentang ancaman jihad dengan tujuan menangkal tekanan Barat terhadap kekuasaannya yang telah berlangsung 33 tahun.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Sementara itu negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstremisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaida di Semenanjung Arab (AQAP). (*)

(Uu.H-AK/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011