Jakarta (ANTARA News) - Pimpinan MPR RI tidak setuju dengan dengansayembara untuk menangkap mantan Bendahara Umum Partai DemokratMuhammad Nazaruddin dengan hadiah Rp100 juta, sebab hal itu diyakini melecehkan aparat hukum.

"Sayembara Rp100juta bagi yang bisa menangkap Nazaruddin itu sesungguhnya pelecehanbagi aparat penegak hukum," kata Wakil Ketua MPR RI Lukman Hakim diGedung DPR RI, Jakarta, Jumat.

Bila sayembara itu tetapdilakukan, dan ternyata yang menangkap Nazaruddin adalah masyarakatumum, maka masalah hukum selesai dengan uang.

"Saya sungguh tidakbisa membayangkan, bila Nazar benar-benar tertangkap bukan oleh aparatpenegak hukum. Itu semakin meneguhkan bahwa semua urusan hanya bisadiselesaikan dengan uang," kata politisi dari Partai PersatuanPembangunan itu.

Sebelumnya, Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) dan Federasi NGOIndonesia menggelar sayembara hadiah Rp100 juta bagi orang yang memberikaninformasi dan menangkap Nazaruddin hidup-hidup.

"Sayembara initerbuka untuk masyarakat dimanapun. Kita bangun Republik ini, kitaberantas korupsi ini," kata Presiden LIRA Jusuf Rizal, Kamis.

MenurutJusuf Rizal, hadiah tersebut merupakan alat perangsang bagi parapenegak hukum dan masyarakat guna melawan koruptor.

Sayembara ini jugabertujuan untuk membantu aparat Kepolisian, KPK, dan pemerintah dalammenangkap para koruptor.

Bahkan, masih kata Jusuf Rizal, pentingnya Nazaruddinuntuk ditangkap hidup-hidup karena politisi asal Sumatera Utara initelah menyebut keterlibatan banyak pihak, mulai dari Ketua Umum PartaiDemokrat, Anas Urbaningrum, Menteri Pemuda Olahraga Andi Mallarangeng,Wakil Ketua Banggar Mirwan Amir, anggota Banggar Angelina Sondakh, hingga anggotaFraksi PDIP, I Wayan Koster.

"Karena itu LIRA meyakini apa yangmenjadi pernyataan Nazaruddin mengandung banyak kebenaran, namun ituperlu dibuktikan dengan memprosesnya secara hukum agar siapa-siapa yangterlibat ikut digulung," demikian Jusuf Rizal. (zul)

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011