Jakarta (ANTARA News) - Pekerjaan rumah (PR) bagi Panglima TNI mendatang adalah membangun soliditas antar kesatuan di tubuh TNI dan menjauhkan diri dari keterlibatan dalam aktivitas politik praktis.
Demikian dikatakan mantan Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat Letjen (Purn) Kiki Syachnakri dalam paparannya pada acara peluncuran sebuah buku di Jakarta, Rabu.
"Hal ini penting untuk mewujudkan profesionalisme di tubuh TNI, karena dalam catatan sejarah selama ini TNI selalu `bablas` ketika sudah masuk dalam wilayah politik," ujarnya.
Lebih jauh Kiki mengemukakan bahwa Panglima TNI mendatang harus bisa mempertegas garis komando TNI agar satuan-satuan di bawahnya seperti Angkatan Darat, Angkatan Udara dan Angkatan Laut tidak terjebak dalam kepentingan politik tertentu.
"Ini ujian berat bagi TNI karena pada pemilihan presiden tahun 2004 lalu saja gejala keterlibatan politik TNI masih terjadi, kalau TNI ingin profesional harus tinggalkan kepentingan-kepentingan politik," tukasnya.
Sejauh ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajukan calon tunggal Panglima TNI kepada DPR, yakni Marsekal Djoko Suyanto yang saat ini menjabat Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU).
Sementara dalam kesempatan itu juga Kiki menyatakan bahwa sebenarnya reformasi di tubuh TNI sudah berjalan sejak lama bahkan tidak hanya struktural, tetapi juga kultural.
"Berbeda dengan institusi sipil lainnya, seperti DPR dan partai politik yang sampai sekarang cenderung jalan di tempat. Kalau ingin negara ini cepat berkembang, maka reformasi harus dilakukan oleh seluruh elemen bangsa," imbuhnya.
Namun demikian pernyataan tersebut disangkal oleh Wakil Ketua MPR AM Fatwa yang hadir dalam acara peluncuran buku bertajuk "Di balik Tragedi 1965" itu.
Menurut politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu justru kalangan partai politik dan DPR yang telah melakukan reformasi terlebih dulu.
"Kalau pun masih ada kasus-kasus korupsi di DPR atau DPRD itu hanya dilakukan sebagian kecil orang saja, sementara saya yakin 90 persen anggota DPR/DPRD semuanya memiliki mental yang baik," ujarnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006