Muarojambi, Jambi (ANTARA News) - Pemrakarsa Sekolah Alam Raya Muarojambi (Saramuja) Muhtar Hadi menyatakan kini tengah menyusun buku atau kamus lengkap bahasa daerah Muarojambi agar warga tidak melupakan bahasa peninggalan nenek moyang mereka yang sudah hidup sejak lama.
"Kamus lengkap Bahasa Muarojambi masih dalam tahap inventarisir dan penyusunan naskah. Butuh waktu lama untuk menuntaskannya. Namun saya optimistis dapat segera dirampungkan," kata Muhtar Hadi saat ditemui di kawasan Candi Muarojambi, Kabupaten Muarojambi, Jumat.
Menurut dia, kamus bahasa daerah itu sengaja dibuat dengan tujuan agar bahasa lokal terbukukan dan dapat dimanfaatkan bagi dunia pendidikan serta sebagai bentuk kepedulian terhadap pelestarian bahasa daerah.
Baginya bahasa daerah merupakan bagian dari budaya daerah yang patut dijaga dan dilestarikan, karena bahasa itu merupakan simbol dan jati diri masyarakat Muarojambi sejak dulu.
Oleh karena itu, perlu upaya untuk menyelamatkan warisan nenek moyang tersebut. katanya.
Apalagi di Muarojambi berdiri megah situs-situs peninggalan agama Hindu Abad VII Masehi di sepanjang 7,5 km dan lebar lebih kurang 400 meter kanal kuno yang membentang di pinggir Sungai Batanghari. Candi dan peninggalan sejarah ditemukan di sana, karena itu bahasa juga tidak lepas dari bagian sejarah.
Selain itu, dengan adanya kamus bahasa daerah Muarojambi, para pendidik dapat memasukannya dalam pelajaran muatan lokal (mulok) sehingga anak-anak di desa, bahkan pelajar se-Provinsi Jambi juga dapat belajar dari kamus yang akan dibuatnya.
"Kosa kata yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia belum banyak. Soalnya saya masih kerja sendiri. Yang kita buat ini bahasa masyarakat sehari-hari," ujar pria muda yang mengabdikan hidupnya menjaga dan melestarikan kawasan situs Candi Muarojambi.
Pendiri sekolah gratis bagi anak-anak desa tersebut juga mengatakan, saat ini baru seratusan kosa kata yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan belum bisa dibukukan.
Di antara kata-kata yang sudah diterjemahkan antara lain "alit" yang mengandung arti seutas tali yang digunakan untuk memutar gasing (permainan tradisional desa-desa di Muarajambi).
Contoh lainnya, "barejo" artinya bersiap-siap melakukan aktivitas. "Ngerayaw", artinya berpergian tanpa tujuan yang jelas. Malincit (lari sekuat tenaga dalam kondisi ketakutan). Ngerokot (makan buah-buahan tanpa dikupas).
Ia mengaku saat ini kosa kata itu baru diperkenalkan kepada anak didiknya di sekolah yang bermarkas di kawasan calon warisan dunia itu.
Selain belajar tentang sejarah candi dan pengetahuan umum, siswa juga juga diberikan materi bahasa nenek moyangnya. (ANT263/E003/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011