Rumput laut merupakan anugerah bagi bangsa Indonesia yang dapat didayagunakan secara ekologi, ekonomi dan sosial untuk menjadi penggerak pembangunan nasional maupun global yang ramah lingkungan dan berkelanjutan

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan inovasi komoditas rumput laut dengan menggunakan teknologi pengolahan pupuk rumput laut yang dihasilkan melalui Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) Bantul.

"Rumput laut merupakan anugerah bagi bangsa Indonesia yang dapat didayagunakan secara ekologi, ekonomi dan sosial untuk menjadi penggerak pembangunan nasional maupun global yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam siaran pers di Jakarta, Minggu.

Sementara itu, Plt. Kepala Badan Riset dan SDM KKP Kusdiantoro mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai riset rumput laut, salah satunya dilakukan LRMPHP Bantul. Satuan kerja ini di bawah supervisi Pusat Riset Perikanan BRSDM.

Riset tersebut dilakukan dalam rangka mendukung tiga program prioritas KKP, terutama pada program kedua, yaitu pengembangan perikanan budi daya berbasis pada ekspor, dengan komoditas unggulan di pasar global, antara lain udang, lobster, kepiting dan rumput laut.

Kepala LRMPHP Luthfi Assadad mengatakan peralatan pengolahan pupuk organik dari rumput laut yang telah dikembangkan yaitu pengolahan pupuk cair dan pengolahan pupuk padat (granul).

Pada pengolahan proses dasar, digunakan alat pencuci sistem kontinu dengan kapasitas pencucian 100 kg/jam (E. Cottonii) dan 40-60 kg/jam (Sargassum sp.), yang menggunakan tenaga listrik 3 phase 1.000 watt. Digunakan juga alat pencacah sistem kontinyu berkapasitas 10 kg/jam, yang menggunakan tenaga listrik 3 phase, 8.000 watt.

Pada pengolahan pupuk cair digunakan alat pengekstraksi berkapasitas 90 kg/90 menit menggunakan tenaga listrik daya 6.000 watt. Digunakan juga alat pengepres menggunakan press hidrolik berkapasitas 10 kg/10 menit, yang menggunakan tenaga listrik daya 1.000 watt.

Adapun pada pengolahan pupuk padat, pertama, digunakan alat granulator berkapasitas 10 kg/jam, yang menggunakan tenaga listrik 3 phase 2.500 watt.

Kedua, digunakan alat konveyor berkapasitas 5 kg/jam dengan diameter drum 32 cm, yang menggunakan tenaga listrik daya 1.000 watt. Ketiga, digunakan alat pengayak berkapasitas 5 kg/jam, yang menggunakan tenaga listrik daya 1.000 watt.

Sementara itu, Peneliti LRMPHP Bakti Berlyanto Sedayu mengatakan pembuatan pupuk rumput laut sebenarnya cukup mudah, dan dapat dilakukan oleh rumah tangga.

Menurut Bakti, cara pertama, rumput laut segar dipotong-potong kemudian direbus menggunakan air destilata, setelah itu air rebusannya disaring. Air hasil saringan mengandung seluruhnya ekstrak rumput laut yang dapat diaplikasikan langsung ke tanaman.

Cara kedua, lanjut Bakti, yaitu seperti halnya cara pertama namun berasal dari rumput laut yang telah dikeringkan.

Sedangkan cara ketiga, sambungnya, rumput laut segar dicuci bersih menggunakan air keran kemudian digiling menggunakan grinder hingga lumat. Rumput laut yang telah digiling tersebut kemudian ditambahkan air dan juga ditambahkan daging ikan rucah yang telah dihaluskan untuk meningkatkan unsur nitrogennya.

Selanjutnya campuran rumput laut di fermentasi atau dikompos dalam wadah tertutup selama beberapa hari. Cairan ekstrak rumput laut hasil pengomposan rumput laut dapat diambil melalui pipa yang dipasang pada blong pengomposan, dan untuk aplikasi penyemprotan ke tanaman perlu diencerkan dengan air terlebih dahulu.

"Berbagai hasil penelitian telah membuktikan bahwa pupuk cair rumput laut dapat mempercepat pertumbuhan tanaman, mempercepat tumbuhnya buah, bahkan membuat hasil panen hortikultura meningkat. Pupuk cair rumput laut juga memiliki khasiat tinggi untuk digunakan pada tanaman bunga," papar Bakti.

Baca juga: Tekan impor, KKP dorong inovasi rumput laut
Baca juga: Anggota DPR: KKP perlu fokus kembangkan pupuk hayati dari rumput laut
Baca juga: Kemenperin pacu hilirisasi rumput laut tingkatkan pasar ekspor

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022