Diyarbakir, Turki (ANTARA News) - Para pejuang Kurdi menewaskan 13 tentara Turki sementara tujuh gerilyawan tewas pada Kamis dalam bentrokan terburuk sejak Partai Pekerja Kurdistan (PKK) berakhir gencatan senjata pada Februari.
Kepala staf angkatan bersenjata Turki mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa granat-granat yang dilemparkan oleh gerilyawan mengobarkan api di daerah-daerah berhutan tempat bentrokan terjadi dan 13 tentara tewas dalam kobaran api tersebut.
Pernyataan mengatakan tujuh tentara lagi terluka dalam pertempuran itu, lapor Reuters.
Kantor berita pro-Kurdi, Firat, membantah versi itu dengan laporan yang mengutip seorang saksi bahwa sebuah pesawat tempur Turki telah menargetkan gerilyawan dalam serangan udara yang juga
membunuh para prajurit yang diposisikan di dekatnya. Tapi bantahan itu tidak memberikan penjelasan jumlah korban yang tewas.
Perdana Menteri Tayyip Erdogan bertemu dengan pemimpin tentara dan intelijen serta menteri dalam negeri dan kepala paramiliter di Ankara.
"Turki akan berhasil mengatasi teror dan kekuatan-kekuatan di belakangnya tanpa mengorbankan demokrasi, keadilan dan persaudaraan," kata Erdogan dalam sebuah pernyataan.
Pasukan keamanan, yang didukung oleh pesawat-pesawat tempur, melancarkan pengejaran terhadap anggota pemberontak di pegunungan provinsi Diyarbakir, dan kepala staf angkatan darat telah pergi ke daerah tersebut.
PKK pindah ke apa yang mereka sebut sebagai sebuah "pertahanan aktif", tempat anggotanya mempertahankan diri jika diancam, setelah enam bulan gencatan senjatanya berakhir.
Pada pekan lalu, pemimpin PKK, yang dipenjarakan, Abdullah Ocalan, mengirim pesan melalui pengacaranya bahwa ia telah sepakat dengan para pejabat Turki untuk mendirikan sebuah "dewan perdamaian" --yang bertujuan mengakhiri 27-tahun konflik separatis.
Ocalan mengatakan bahwa dewan harus dibentuk dalam waktu satu bulan, meskipun tidak jelas bentuk apa yang akan diambil.
Usulan tersebut terjadi sebulan setelah Partai AK Erdogan memenangkan pemilu untuk masa jabatan ketiga dalam kekuasaan dan dua bulan setelah Ocalan mengancam "perang" kecuali jika pemerintah memasuki perundingan.
Boikot
Para wakil dari pihak pro-Kurdi yang dianggap sebagai dekat dengan PKK gagal mencapai kesepakatan dengan Partai AK untuk mengakhiri boikot mereka di parlemen, kata perwakilan dari kedua pihak kepada
wartawan setelah pembicaraan hari kedua pada Kamis.
Boikot oleh para wakil Partai Perdamaian dan Demokrasi (BDP) itu dipicu oleh putusan pengadilan melarang beberapa calon terpilih yang dipenjara untuk mendaparkan kursi mereka.
Bereaksi terhadap berita tentang bentrokan, pemimpin BDP Selahattin Demirtas mengatakan: "Kami sangat sedih. Karena teman-teman membayar harga untuk kebuntuhan politik ini. Parlemen Turki harus mengambil prakarsa untuk mewujudkan perdamaian. "
Di Diyarbakir pada Kamis, Kongres Rakyat Demokratik, yang bersama-sama organisasi-organisasi non-pemerintah Kurdi, bertemu dan menyatakan "otonomi demokratis", meskipun tidak jelas tindakan apa yang mungkin diperlukan.
Pemerintah Erdogan memenangkan suara kepercayaan pada Rabu untuk mendorong maju rencana menulis ulang konstitusi, tetapi boikot Kurdi tetap menjadi rintangan untuk menggantikan konstitusi yang dibuat setelah kudeta militer 1980.
Lebih dari 40.000 orang telah tewas dalam konflik, meskipun kekerasan memudar setelah Ocalan ditangkap pada tahun 1999.
Terlepas dari sikap "pertahanan aktif" telah terjadi aliran aktivitas gerilyawan dalam beberapa pekan terakhir.
Pemberontak PKK menculik dua orang setelah menghentikan kendaraan mereka di provinsi pegunungan Tunceli di timur Turki pada Rabu malam, kata sumber keamanan.
Mereka adalah buruh yang bekerja pada bangunan militer, kata laporan TV.
Beberapa hari sebelumnya, para militan menculik tiga orang, dua di antara mereka tentara, di Diyarbakir, jita besar Kurdi tenggara.
Pasukan keamanan sedang melakukan operasi besar-besaran untuk menemukan mereka.
Secara terpisah, sumber keamanan mengatakan, 14 anggota PKK menyerah kepada pasukan Turki di Silopi, dekat perbatasan dengan Irak utara pada Rabu, diduga karena penganiayaan di kamp-kamp gerilyawan.
Tidak ada pernyataan tentang insiden itu dari pihak PKK. (AK/C003/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011