Mumbai (ANTARA News/AFP) - Perdana Menteri India Manmohan Singh berjanji, Kamis, aparat keamanan akan "memburu tanpa henti" mereka yang melancarkan serangkaian ledakan di Mumbai yang menewaskan 17 orang dan mencederai lebih dari 130.
Singh menyatakan memahami "rasa terguncang dan marah penduduk Mumbai" atas pemboman Rabu itu, serangan paling mematikan di kota itu sejak militan melancarkan serangan yang menewaskan 166 orang pada 2008.
"Pelaku pemboman Mumbai akan diburu tanpa henti dan segera dibawa ke pengadilan", kata Singh setelah tiba di ibu kota finansial India tersebut.
"Saya memahami rasa terguncang dan marah penduduk Mumbai, saya ikut merasa sakit, sedih dan marah," katanya.
Dari ketiga ledakan itu, yang paling kuat terjadi di lokasi perdagangan perhiasan yang ramai di bagian selatan kota itu, daerah sama yang menjadi sasaran serangan 2008 yang dituduhkan pada kelompok militan Lashkar-e-Taiba yang bermarkas di Pakistan.
Pernyataan Singh itu disampaikan ketika para penyelidik India memeriksa rekaman CCTV dalam upaya mengidentifikasi orang-orang yang mendalangi serangan bom Rabu malam pada jam sibuk itu.
Sebelumnya Kamis, Menteri Dalam Negeri P. Chidambaram, yang juga mengunjungi Mumbai, mengatakan, tidak ada peringatan intelijen mengenai serangan yang akan datang.
"Semua kelompok yang memusuhi India berada dalam pengawasan. Kami tidak mengesampingkan segala sesuatu. Kami mengawasi siapa pun," katanya setelah mengunjungi lokasi ketiga ledakan itu.
Kementerian Dalam Negeri mengatakan, polisi menginterogasi sejumlah tersangka anggota kelompok Mujahidin India, yang ditangkap di Mumbai beberapa hari lalu dalam kaitan dengan ledakan-ledakan bom di negara bagian Gujarat, India barat, pada 2008.
Belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan Mumbai itu, namun kecurigaan awal ditujukan pada dua kelompok muslim yang menyerang India di masa silam: Mujahidin India yang berada di dalam negeri dan Lashkar-e-Taiba (LeT) yang bermarkas di Pakistan.
Pada November 2008, 10 militan melancarkan sejumlah serangan di Mumbai, termasuk terhadap hotel-hotel bintang lima, yang dikenal sebagai "26/11" dan sering dibanding-bandingkan dengan serangan 11 September di AS.
Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, itu telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.
New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.
India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.
Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.
India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011