"Awalnya, harus ada pemerintah berdaulat di Irak yang meminta langkah serius seperti itu," kata Moussa.
Davos, Swiss (ANTARA News) - Negara-negara Arab bersedia membahas pengiriman pasukan untuk membantu menstabilkan Irak jika pasukan kendali AS meninggalkan negeri yang porak-poranda akibat perang antar-faksi itu, namun jika diminta oleh Baghdad, kata ketua Liga Arab Amr Moussa. "Awalnya, harus ada pemerintah berdaulat di Irak yang meminta langkah serius seperti itu," kata Moussa kepada Televisi Reuters Selasa sore dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. "Kemudian kami akan melihat berdasarkan syarat apa saja, dan kapan dan berapa banyak personil dan siapa yang membiayainya. Ini masalah besar dan tidak mudah dijawab," sambungnya. Ia mengatakan pasukan negara-negara Arab menolak melakukan tugasnya di bawah komando Amerika Serikat -- masalah pokok dalam pembicaraan awal pada 18 bulan lalu -- dan syarat pengiriman akan disetujui secara terpisah lewat pengaturan pihak AS-Irak soal pemulangan tentara AS dan pasukan koalisi. AS kini menempatkan sekitar 140 personilnya di Irak. Jumlah anggota pasukan Inggris (8.500 personil) merupakan kedua terbesar setelah AS. Kendati jumlah tentara AS yang tewas di Irak sudah lebih dari 2.000 orang dan Washington kini menghadapi tekanan publik, AS menolak menentukan jadwal panarikan pasukannya karena khawatir akan menghembuskan aksi perlawanan di Irak. Moussa mengatakan semua kelompok etnik di Irak sepakat bahwa mereka akan mengupayakan penarikan secara bertahap tentara AS dan pasukan koalisi dari Irak. Ditanya berapa lama lagi penarikan "bertahap" akan dilakukan, ia mengatakan: "Anda tanya saja kepada Irak tentang masalah itu. Waktunya akan tiba. Pemerintah mendatang, yang seyogianya akan dibentuk dalam sebulan atau lebih, bertanggung-jawab atas masalah tersebut." Amerika Serikat mengharapkan pemilihan umum Irak bulan lalu, yang didominasi mayoritas Syiah, akan mengarah kepada pemerintah kesatuan nasional yang dapat menstabilkan negeri itu dan menekan aksi perlawanan.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006