Gorontalo (ANTARA) - Dua kuskus beruang sulawesi (Ailurops ursinus) dilepas ke kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, yang berada di wilayah Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Utara.
Kepala Resor Tulabolo Pinogu Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Sudarsono di Gorontalo, Sabtu, mengatakan bahwa induk dan anak kuskus beruang sulawesi itu dilepas di jalur pengamatan satwa Tulabolo-Hungayono oleh sejumlah petugas.
Menurut dia, kedua kuskus beruang sulawesi itu merupakan serahan dari buruh tambang yang semula menangkap satwa tersebut untuk dipelihara.
Ia menuturkan bahwa seorang anggota Masyarakat Mitra Polisi Hutan yang bernama Ardin Mokodompit mendapati dua buruh tambang membawa dua kuskus beruang sulawesi yang mereka tangkap di kawasan hutan untuk dipelihara.
"Setelah diberi penjelasan bahwa hewan itu dilindungi, mereka mau menyerahkan," kata Sudarsono.
Sudarsono lantas mengemukakan pentingnya mengedepankan upaya persuasif dalam mengatasi masalah penangkapan satwa liar dilindungi oleh warga di kawasan hutan.
Kuskus beruang termasuk satwa yang terancam punah. Marsupial pendiam yang jarang bersuara ini dinamai kuskus beruang karena karena memiliki bulu hitam keabu-abuan seperti beruang.
Satwa yang ada di Pulau Sulawesi dan Talaud ini aktif pada siang hari dan biasa menghabiskan banyak waktunya di kanopi pohon untuk tidur, beristirahat, atau mengutu.
Mereka bergerak sangat lamban dari satu pohon ke pohon lainnya menggunakan ekor, tangan, dan kaki.
Kuskus beruang membentuk kelompok kecil yang terdiri atas induk dan bayi kecuali pada musim kawin. Kuskus betina dan jantan pada musim kawin akan hidup soliter. Kuskus beruang betina dewasa bisa melahirkan satu sampai dua kali dalam setahun.
Warga sering mengira satwa itu sebagai pemangsa ternak di permukiman tepi hutan. Namun sebenarnya kuskus beruang merupakan hewan herbivora. Mereka makan buah-buahan serta daun muda untuk bertahan hidup.
Baca juga:
Balai TNRAW lepasliarkan Kuskus Beruang Sulawesi temuan warga
BKSDA Sumbar pasang dua kamera jebak untuk pantau beruang madu
Pewarta: Debby H. Mano
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2022