China sejauh ini adalah pemegang utama surat utang AS, dengan kepemilikan 1,153 triliun dolar AS pada April menurut data AS.
"Kami berharap pemerintah AS mengadopsi kebijakan yang bertanggung jawab dan tindakan untuk menjamin kepentingan investor," kata jurubicara kementerian luar negeri Hong Lei.
Moody`s Investor Service, Rabu, mengatakan mereka telah menempatkan triple-A Amerika Serikat pada sebuah pantauan penurunan karena meningkatnya prospek batas utang AS tidak akan dinaikkan pada waktunya untuk menghindari gagal bayar.
Pengumuman itu datang karena anggota parlemen AS mencoba untuk menuntaskan kesepakatan yang akan memungkinkan Presiden Barack Obama untuk menaikkan plafon utang negara sehingga memungkinkan untuk memenuhi kewajiban pembayaran tersebut.
Partai Republik menolak untuk menaikkan plafon utang 14,29 triliun dolar AS tanpa pemotongan pengeluaran pemerintah, dan mereka menolak permintaan Demokrat bahwa kenaikan pajak harus menjadi bagian dari rencana pengurangan defisit.
Sebuah penurunan peringkat bisa menaikkan tajam biaya pinjaman AS, memperburuk posisi fiskal negara yang sudah mengerikan, dan mengirim gelombang kejut ke seluruh keuangan dunia, yang telah lama dianggap utang AS sebagai patokan di antara investasi safe haven.
China di masa lalu telah mengangkat kekhawatiran bahwa stimulus besar AS yang diluncurkan untuk menghidupkan kembali perekonomian setelah krisis global akan menyebabkan utang menjamur yang mengikis nilai dolar dan kepemilikan surat utang negara.
Beijing telah memotong kepemilikan surat utang negara AS selama lima bulan dalam berturut-turut hingga Maret.
Angka tersebut hanya meningkat sedikit pada April dari 1,145 triliun dolar pada sebelumnya, demikian data AS menunjukkan.
Komentar kementerian luar negeri muncul setelah lembaga pemeringkat kredit China, Dagong, Kamis, mengatakan pihaknya juga telah menempatkan utang negara AS pada pantauan negatif untuk kemungkinan penurunan peringkat.
Dagong mengatakan kemampuan Amerika Serikat untuk membayar utang kemungkinan besar akan menurun mengingat pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat dan defisit fiskal menjadi tetap tinggi dalam beberapa tahun mendatang.
(A026)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011