Karena kesadaran masyarakat terhadap bahaya pembakaran kawasan hutan masih cukup rendah.
Banjarmasin (ANTARA News) - Sebanyak 40 persen dari 112 ribu hektar kawasan hutan di taman hutan rakyat (Tahura) Kalimantan Selatan kritis akibat pembalakan hutan, pembakaran, dan pertambangan.
Hal tersebut disampaikan Kepala Tahura Kalsel Akhmad Ridhani di Banjarmasin, Kamis, saat sosialisasi dan praktik pemadaman kebakaran bersama Komunitas Jurnalis Pena Hijau Indonesia di kawasan Tahura.
Menurut dia, kendati saat ini pembalakan hutan sudah mulai terkendali namun untuk pembakaran kawasan Tahura yang sebagian besar masih berupa semak-semak belum bisa dikendalikan secara maksimal.
Hal tersebut terjadi, tambah dia, karena kesadaran masyarakat terhadap bahaya pembakaran kawasan hutan masih cukup rendah.
Terbukti selama musim kemarau 2011, terdapat 202 titik api di kawasan Tahura dengan lahan yang terbakar seluas 119,5 hektar.
Salah satu penyebab terjadinya kebakaran lahan dan hutan tersebut, karena sengaja dibakar oleh sebagian masyarakat untuk kebutuhan peternakan.
Misalnya saja, peternak di Kabupaten Tanah Laut yang sengaja melepas ternak sapi di sekitar Tahura tanpa dikandang. Untuk mendapatkan makanan yang segar masyarakt membakar lahan yang kering agar kembali tumbuh subur.
Akibat pembakaran tersebut, tambah dia, bukan hanya mengurangi fungsi kawasan hutan tetapi juga menyebabkan terjadinya ISPA, terganggunya lalu lintas darat dan udara dan lainnya.
"Seperti beberapa waktu lalu, kebakaran lahan baik berupa semak dan pohon sulit kita padamkan, karena bertepatan dengan cuaca cukup panas dan di sekitar kawasan hutan banyak ditumbuhi semak kering," katanya.
Lamanya pemadaman kebakaran juga disebabkan oleh minimnya personil satuan manggala agni yang ada, sementara kawasan yang harus dijaga cukup luas, bahkan kawasan Tahura Kalsel paling luas di seluruh Indonesia.
Ke depannya Akhmad - yang didampingin seluruh pejabat Tahura - berharap mulai ada kesadaran masyarakat untuk tidak membakar lahan untuk kepentingan peternakan maupun pertanian, sehingga lahan kritis di Tahura tidak semakin meluas.
Selain itu, tambah dia, dalam setiap tahunnya Tahura juga menganggarkan penanaman secara bertahap lahan kritis seluas 2.000 hektar hingga seluruh lahan kritis kembali menjadi kawasan hutan yang hijau.
"Kendati anggarannya 2.000 hektar per tahun, tapi praktiknya penanaman kita laksanakan hingga 3.000 hektar seperti saat ini," katanya.
Pada sosialisasi cara pemadaman lahan, tim manggala agni tampak sigap menaklukkan api yang dengan cepat membesar akibat tiupan angin yang cukup kencang.
Beruntung tim telah menyiapkan seluruh peralatan pemadaman dengan lengkap, sehingga api yang sebelumnya sempat membuat sebagian wartawan panik, bisa segera dipadamkan sebelum menjalar ke kawasan hutan yang lebih luas.
Pada sosialisasi tersebut, kawasan hutan yang terbakar hampir mencapai satu hektar.
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011