Jakarta (ANTARA) - Deputi III Kantor Staf Presiden Panutan Sulendrakusuma meminta agar sosialisasi dan literasi soal Kredit Usaha Rakyat (KUR) di daerah, termasuk di Aceh, dilakukan lebih gencar karena sangat bermanfaat bagi petani.
Hal tersebut disampaikan Panutan menyikapi hasil verifikasi lapangan tim KSP di Aceh, yang menunjukkan masih adanya kelompok tani yang belum memahami KUR.
"Ini perlu kordinasi antara dinas provinsi/kabupaten dengan pihak perbankan. Sehingga penyaluran program KUR dapat menjadi manfaat bagi seluruh masyarakat Provinsi Aceh," kata Panutan dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu.
Seperti diketahui, KUR merupakan program prioritas pemerintah dalam mendukung UMKM berupa kebijakan pemberian subsidi bunga kepada debitur individu/perseorangan, badan usaha, dan/atau kelompok usaha yang produktif dan layak.
Baca juga: BSI siap majukan pertanian Aceh lewat program stimulus KUR
Baca juga: OJK: Realisasi penyaluran KUR UMKM di Sultra capai Rp3,4 triliun
Baca juga: Teten dorong peternak ayam Ciremai Group gunakan KUR klaster pertanian
Pembiayaan KUR sampai dengan nilai Rp100 juta tidak dipersyarakatkan agunan tambahan.
Panutan menyampaikan di Provinsi Aceh, realisasi penyaluran KUR 2021 mencapai Rp1,6 triliun dengan jumlah penerima sebesar 30.943 pelaku usaha. Jumlah ini melebihi target yang diberikan yaitu Rp1,4 triliun.
Adapun pada 2022, target penyaluran KUR ditingkatkan menjadi Rp2,4 triliun.
Dalam kegiatan verifikasi lapangan yang dilakukan tim KSP di Aceh, tim KSP mendapat informasi bahwa sektor pertanian di desa Batee Shook, Kota Sabang, Aceh mulai menggeliat kembali, setelah sebelumnya petani sempat berhenti bercocok tanam akibat kesulitan biaya untuk membeli bibit, pupuk, dan ongkos buruh.
Kepada tim KSP, salah satu petani di desa Batee Shook, Syaifuddin mengatakan, masa pandemi COVID-19 benar-benar memukul sektor pertanian. Kondisi itu yang akhirnya membuat dirinya dan beberapa petani lain mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR).
"Selama pandemi ini sulit untuk kami meneruskan kegiatan sehari-hari. Karena itu, kami berkomunikasi dengan pihak Bank Syariah Indonesia untuk mencari solusi," tutur Syaifuddin.
Syaifuddin yang juga ketua kelompok tani di Desa Batee Shook ini mengakui, program KUR membuat aktivitas petani bergerak kembali. Ia memberikan contoh dirinya, yang akhirnya bisa kembali tanam beberapa komoditas pertanian.
"Begitu KUR cair saya bisa beli bibit dan tanam cabai, bawang, serta kacang panjang. Alhamdulillah kemarin sudah panen juga," ujar Syaifuddin.
Sayangnya, lanjut Syaifuddin, masih banyak anggota kelompok tani yang belum paham tentang program KUR.
Oleh karena itu KSP mendorong adanya penguatan sosialisasi dan literasi KUR di daerah.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2022