Islamabad (ANTARA News) - Presiden dan perdana menteri Pakistan hari Rabu mengutuk ledakan-ledakan di Mumbai, India, yang menewaskan sedikitnya 20 orang dan mencederai lebih dari 100.
Tiga ledakan terpisah melanda ibu kota komersial India itu pada Rabu malam, yang kata Kementerian Dalam Negeri India menewaskan sedikitnya 20 orang dan mencederai 113, banyak dari mereka dalam keadaan serius.
"Presiden Asif Ali Zardari, Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani, pemerintah dan rakyat Pakistan mengutuk ledakan-ledakan di Mumbai, dan ikut berduka atas hilangnya nyawa dan mereka yang terluka," kata Kementerian Luar Negeri Pakistan dalam sebuah pernyataan, lapor AFP.
"Presiden dan Perdana Menteri mengungkapkan simpati terdalam mereka kepada para pemimpin India," atas jatuhnya korban dan timbulnya kerugian harta-benda di Mumbai, kata pernyataan itu.
Bom-bom itu meledak di distrik-distrik ramai di bagian selatan kota itu, daerah sama yang menjadi sasaran serangan dua setengah tahun lalu oleh militan bersenjata yang menewaskan 166 orang.
"Itu serangan lain terhadap jantung India, serangan lain terhadap Mumbai," kata Menteri Besar Maharashtra Prithviraj Chavan, yang mengisyaratkan kemungkinan keterlibatan pihak asing dengan mengatakan, itu merupakan "tantangan bagi kedaulatan India".
Menteri Dalam Negeri P. Chidambaram mengatakan kepada wartawan di New Delhi, itu adalah "serangan terkoordinasi oleh teroris" dan "seluruh kota Mumbai dalam keadaan siaga tinggi".
Belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, namun kecurigaan awal ditujukan pada dua kelompok muslim yang menyerang India di masa silam: Mujahidin India yang berada di dalam negeri dan Lashkar-e-Taiba (LeT) yang bermarkas di Pakistan.
Pada November 2008, 10 militan melancarkan sejumlah serangan di Mumbai, termasuk terhadap hotel-hotel bintang lima, yang dikenal sebagai "26/11" dan sering dibanding-bandingkan dengan serangan 11 September di AS.
Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, itu telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.
New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.
India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.
Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.
India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011