Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertanian (Mentan) Anton Apriantono meminta Bulog membeli beras petani untuk menutup kekurangan stok penyangga
(iron stock), menyusul pengumuman Departemen Perdagangan bahwa beras impor yang bisa masuk sampai akhir Januari 2006 hanya 83.100 ton dari izin impor 110 ribu ton.
"Saya kira tidak kurang. Nanti Bulan Februari akan ada panen raya. Bulog akan menyerap sebanyak-banyaknya dari dalam negeri," kata Anton menanggapi kekurangan impor beras seperti yang diumumkan Departemen Perdagangan yang dikhawatirkan tidak mencukupi stok penyangga nasional sekitar satu juta ton.
Mentan mengatakan, biasanya pada saat panen raya harga beras akan turun. Karena itu, untuk menjaga agar harga beras tidak terlalu rendah di tingkat petani, maka diharapkan Bulog membeli produksi beras petani di dalam negeri untuk menutupi kekurangan stok penyangga nasional.
Menanggapi pertanyaan bahwa Bulog tidak mau beli beras petani karena Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terlalu tinggi, Anton mengatakan, "Kita belum tahu apa yang akan terjadi di bulan Februari, tentu kalau ada hal-hal yang khusus akan kita pertimbangkan kembali HPP-nya."
HPP yang telah ditetapkan pemerintah berdasarkkan Inpres Perberasan No.13 tahun 2005 dan berlaku 1 Januari 2006 adalah Rp3.550 per kilogram untuk beras, HPP Gabah Kering Panen (GKP) Rp1.730 per kilogram, dan HPP Gabah Kering Giling (GKG) Rp2.880 per kilogram.
"Harga (HPP beras) Rp3.550 itu minimal, harga (HPP GKP) Rp1.730 minimal, di bawah itu Bulog harus membeli," ujarnya.
Namun, Anton mengatakan akan melihat situasi ke depan, mulai Februari sampai April 2006, apakah perlu menurunkan atau bahkan menaikkan HPP, mengingat HPP berlaku selama satu tahun, kecuali ada kejadian yang luar biasa yang bisa meruntuhkan ketentuan HPP berlaku satu tahun tersebut.
Menurut dia, saat ini harga beras di tingkat petani masih rendah dan keuntungan yang diterima petani masih minim. Namun, pemerintah juga tidak ingin harga beras di pasar terlalu tinggi sehingga memberatkan konsumen.
"Kalau mau jujur harga beras yang bisa menguntungkan petani seperti di Jepang yaitu Rp50 ribu per kilogram, tapi kita tidak ingin seperti itu, memberatkan konsumen. Secara `common sense` (awam) saja kalau (harga beras) di bawah Rp5.000 keuntungannya tidak seberapa," katanya.
Ia juga mengatakan pemerintah akan mengkaji lebih lanjut berapa harga beras yang menguntungkan bagi petani dan tidak memberatkan konsumen.
Ia juga menegaskan impor beras yang dilakukan pemerintah tidak akan menekan harga beras di tingkat petani, karena selain jumlahnya tidak besar, beras impor juga tidak akan masuk ke pasar.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006