Merokok ini merupakan suatu kebiasaan yang akhirnya menjadi suatu karakter.
Jakarta (ANTARA News) - Angka kematian akibat penyakit yang disebabkan merokok di Indonesia menempati urutan ketiga terbesar di dunia setelah China dan India.
"Merokok ini merupakan suatu kebiasaan yang akhirnya menjadi suatu karakter. Cara mengatasinya dengan bagaimana mengubah pikiran sampai benar-benar berhenti untuk tidak merokok," kata Direktur Medis Rumah Sakit Sahid Sahirman Memorial Hospital (SSMH), dr. Harry Agus Alamudin dalam acara peresmian rumah sakit itu di Jakarta, Rabu.
Menurut Harry, pada tahun 2010, pihaknya menerima sekitar 2.654 karyawan dari beberapa perusahaan yang melakukan cek kesehatan.
Dari hasil anamnesa 69 persen tidak merokok, 31 persen mempunyai kebiasaan merokok 11-20 batang per hari.
"Salah satu saran yang diberikan kepada peerokok dan memilliki penyakit kronis adalah harus berhenti merokok," katanya.
Untuk membantu perokok mengatasi masalah selama upaya menghentikan kebiasaan merokok, Rumah Sakit SSMH bersama PT Pfizer Indonesia membuka Klinik Stop Merokok di Jakarta.
Ditambahkan, di klinik merokok terdapat pengobatan secara farmakologis dan non-farmakologis.
"Di klinik merokok tidak hanya diatasi dengan obat-obatan yang disebut farmakologis, tapi juga mengontrol dengan suatu pengobatan non-farmakologis yaitu dengan melakukan secara edukasi terhadap perokok sehingga para perokok tahu bagaimana cara menghentikannya," katanya.
Sementara itu, dokter ahli spesialis jantung dan pembuluh darah SSMH, dr. Aulia Sani menjelaskan angka kejadian penyakit kronis dapat dengan mudah dan cepat dikurangi hanya dengan merubah hidup.
"Mengurangi kebiasaan merokok adalah salah satu upaya perubahan perilaku yang dapat membantu mencegah terjadinya penyakit kronis atau mengurangi komplikasi penyakit yang diderita. Terapi dari klinik Stop Merokok dilakukan secara menyeluruh dan konsisten sehingga diperkirakan tingkat keberhasilannya lebih tinggi dibandingkan pasien yang melakukan terapi farmakologis saja," kata Aulia.
Sementara itu, Marketing Director PT Pfizer Indonesia, dr. Selly H. Rorong mengatakan metode yang menggabungkan terapi psikologis dan farmakologis di klinik itu dapat dijadikan acuan bagi pelayanan medis di seluruh Indonesia untuk membantu pasien lepas dari adiksi nikotin.
"Melalui terobosan inovatif dalam penanggulangan adiksi nikotin, diharapkan penanggulangan masalah merokok di Indonesia dapat lebih efektif dan terintegrasi," katanya.
Terapi Klinik Stop Merokok diberikan oleh tim dokter secara terpadu selama 12 minggu di Sahid Sahirman Memorial Hospital mulai dari konsultasi psikologis individual, sesi curhat, terapi farmakologis hingga pemantauan berkala melalui "Costumer Relationship Management" (CRM).
(UMH)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011