Beijing (ANTARA News) - China mengatakan Rabu perekonomiannya tumbuh lebih lambat pada kuartal
kedua, mempertegas kesulitan Beijing untuk menanggulangi inflasi yang sensitif secara politis.
Biro Statistik Nasional negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu mengatakan produk domestik bruto pada kuartal kedua tumbuh 9,5 persen, mendorong para pembuat kebijakan melakukan pengetatan pinjaman bank untuk menjinakkan harga yang meroket.
Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari perkiraan 9,4 persen pada jajak pendapat analis yang diadakan Dow Jones Newswires, namun lebih rendah dari pencapaian pada tiga bulan pertama tahun ini sebesar 9,7 persen dan juga kuartal keempat 2010 sebesar 9,8 persen.
Pada paruh pertama, data menunjukkan, ekonomi tumbuh dengan 9,6 persen dari setahun sebelumnya.
Perlambatan tersebut terjadi di tengah kekhawatiran bahwa penggerak Asia itu sedang mengarah pada pendaratan keras yang kemungkinan berdampak mengerikan bagi negara-negara lain yang masih berjuang pulih dari krisis keuangan 2008.
"Lingkungan eksternal dan internal pembangunan ekonomi China masih agak rumit dengan berbagai instabilitas dan ketidakpastian," kata juru bicara NBS Sheng Laiyun.
Namun dia menambahkan bahwa pada paruh pertama ekonomi mempertahankan "momentum bagus".
Pada paruh pertama output industri jutaan pabrik dan bengkel China naik 14,3 persen tahun-ke-tahun, sedangkan investasi aset tetap, yang menjadi ukuran pembelanjaan infrastruktur pemerintah, naik 25,6 persen.
Pada enam bulan pertama penjualan ritel naik 16,8 persen tahun-ke-tahun.
Sejumlah analis mengatakan Beijing, yang khawatir inflasi berpotensi memicu kerusuhan sosial di negara berpenduduk 1,3 miliar orang, mungkin terlalu jauh dalam kebijakan pengetatan moneter saat negara itu berjuang mengendalikan harga.
"Pertumbuhan lambat dan inflasi lebih tinggi telah mendorong pemerintah pusat ke dalam kesulitan kebijakan moneter," kata ekonom IHS Global Insight Alistair Thornton -- namun menambahkan bahwa sejauh ini ekonomi berada "di lintasan pendaratan lunak".
Inflasi sampai ke tingkat tinggi tiga tahun 6,4 persen pada Juni -- lebih tinggi daripada target tahunan pemerintah 4 persen -- ketika harga makanan meroket lebih dari 14 persen, menurut data yang dikeluarkan akhir pekan.
Namun data tersebut memperlihatkan produk domestik bruto naik 2,2 persen dari kuartal pertama yang dikatakan oleh strateg senior Royal Bank of Canada Brian Jackson membuktikan bahwa "kekhawatiran pendaratan keras itu berlebihan".
"Secara keseluruhan data tersebut menyoroti bahwa penurunan itu agak moderat sejak awal tahun, didorong langkah-langkah kebijakan domestik," kata Jakcson kepada AFP.
Bank sentral telah menaikkan tingkat bunga sebanyak lima kali sejak Oktober, terakhir Rabu lalu, dan berkali-kali menaikkan jumlah uang yang harus disimpan bank dalam cadangannya, membuat banyak perusahaan sulit mengakses dana.
Pada saat yang sama, muncul kekhawatiran tentang beban utang pemerintah lokal yang masif sesudah badan pemeringkat kredit Moody's memperingatkan proporsi pinjaman buruk dapat lebih tinggi dibanding perkiraan sebelumnya -- yang dikhawatirkan oleh para analis akan menggelincirkan ekonomi.
Bank-bank China membuka katup kredit beberapa tahun belakangan ini untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur karena mereka menuruti seruan Beijing agar seluruh negeri melakukan upaya untuk memacu pertumubuhan ekonomi menyusul penurunan global.
"Kami memperkirakan China akan sulit mendarat. Tanda-tanda sudah mulai nampak bahwa ekonomi mungkin akan memoderat lebih cepat daripada perkiraan," kata ekonom Credit Suisse Tao Dong dalam sebuah catatan belakangan ini. (ANT/K004
Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011