"KPK harus tanggap dan segera melakukan penelusuran, melakukan penyelidikan. Jangan dibilang BBM itu gak benar. Justru itu langkah awal dari KPK," kata anggota Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa.
Selain itu, langkah KPK itu sangat penting terutama bagi nama-nama yang disebutkan dalam BBM itu.
"Apa yang disampaikan oleh Nazaruddin sudah terbuka kepada umum. Sehingga sangat penting bagi orang-orang yang disebut apakah benar atau tidak. Masalah ini harus diclearkan," kata politisi Partai Golkar itu.
Secara terpisah, Komunitas Anak Muda Demokrat Sejati (KAUM Demokrat Sejati) menyarankan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memeriksa aliran dana yang disebutkan Nazaruddin.
"Kami mendesak KPK segera memeriksa aliran dana yang disebutkan tersangka Nazaruddin terkait aliran dana yang bersumber dari APBN dalam berbagai kasus," ujar Direktur Eksekutif KAUM Demokrat Sejati, Herbert Sitorus.
Sebelumnya, KPK menegaskan tidak melindungi siapa pun terkait dengan kasus dugaan suap proyek pembangunan wisma atlet di Jakabaring, Palembang, yang diduga melibatkan kader Partai Demokrat M Nazaruddin.
"KPK belum bisa percaya dengan isi pesan yang disebutkan dari Nazaruddin dari BBM (Blackberry Massenger). KPK akan telusuri dulu isi BBM tersebut, benar atau tidak," kata Juru Bicara KPK Johan Budi.
Sikap KPK yang tidak mau percaya begitu saja isi BBM Nazaruddin yang beredar tersebut, menurut Johan, bukan lah upaya untuk melindungi pihak tertentu.
"Perlu diketahui dulu apakah itu benar atau tidak. Ya Nazaruddin harus hadir di sini dulu, diperiksa dulu, ditanya benar atau tidak," ujar dia.
Penegasan bahwa KPK tidak sedang berusaha melindungi pihak mana pun dalam kaitannya dengan kasus dugaan suap proyek wisma atlet senilai RP191 miliar tersebut, disampaikan pula oleh Johan dengan bukti telah melakukan pemanggilan berulang-kali kepada Nazaruddin untuk menjalani pemeriksaan dan tidak pernah dipenuhi kader Partai Demokrat tersebut.(*)
(zul)
Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011