Apalagi, kondisi Gaza benar-benar porak-poranda, seolah tidak ada kesempatan untuk menata kembali kehidupan akibat serangan biadab Israel selama 22 hari.
Oleh karena itu, Director General for General Affair and Information Ministry of Health Palestina dr Omar al-Nasser, bersama JICA Palestina Raslan Yassin, mengaku bangga saat mengunjungi Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita, Jakarta, Selasa.
RSJPD Harapan Kita, ditunjuk pemerintah sebagai pusat pelatihan dan operasional Pusat Jantung Indonesia di Gaza. Ketika dua utusan Pemerintah Palestina mendengarkan paparan salah seorang pejabat RSJPD Harapan KIta Dr Iwan Dakota, keduanya tampak menggut-manggut sembari memuji betapa hebatnya rumah sakit yang didirikan Pak Harto (alm/Presiden RI).
Sebelumnya, Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo mengakui Badan Anggaran DPR RI menyetujui pemberian hibah Rp20 miliar untuk pembangunan Indonesia Cardiac Center (Pusat Jantung Indonesia) di Rumah Sakit Asy-Syfaa di Gaza, Palestina.
Selanjutnya, Dr dr Anwar Santoso, yang didampingi Dirut RSJPD Dr Hananto Andriantoro, dan sejumlah pejabat Kementerian Kesehatan, dan MER-C untuk Indonesia, menjelaskan negara Palestina memiliki banyak kekurangan tenaga medis. Jumlah orang yang terganggu kesehatannnya, juga relatif banyak termasuk orang yang mengidap stroke, jantung atau penderita pembuluh darah.
Kenyataan itulah yang pembangunan Pusat jantung Indonesia di Gaza."Tenaga medis di sana memang tidak boleh keluar negeri karena embargo Israel. Rumah sakit itu, juga melayani arawat inap dan operasi. Ya mirip dengan RSJPD Harapan Kita," katanyaa.
Sementara Dr Hananto Andriantoro, yang mendampingi menerima dua tamu itu, siapa memberikan pelatihan baik pelatihan bagi tenaga medis atau pun penggunaan alat-alat kesehatan. "Kami sudah siap dijadikan pusat pelatihan operasional rumah sakit di Gaza," katanya.
Secara terpisah, Sekjen Kementerian Kesehatan Dr Ratna Rosita mengatakan IDB telah memberikan tambahan dana 8 juta dolar AS untuk melengkapi rumah sakit tersebut agar lebih fungsional. "Kami sudah MOU tahun lalu, jadi kami akan bantu mereka dengan peralatan," katanya.
Kemenkes juga akan melakukan pelatihan operasional untuk mendukung fungsional unit jantung dari rumah sakit tersebut. "Pelatihan itu dari RS Jantung Harapan Kita," katanya.
Pembangunan Indonesia Cardiac Center di Rumah Sakit Asy-Syfaa di Gaza, Palestina ini diklaim sebagai bentuk jalinan persahabatan Indonesia dan Palestina
RS Korban Perang
Sementara, para relawan MER-C di Jalur Gaza, Palestina, tiada henti mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena selangkah demi selangkah proses pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza mulai terwujud.
Ketua MER-C Cabang Gaza, Abdillah Onim, dalam surat elektroniknya, mengatakan proses pembangunan RSI di Gaza bermula sejak penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Presidum MER-C dengan Kementerian Kesehatan Gaza pada 2009 lalu. Setelah melalui sejumlah prosedur yang cukup alot, kini proyek tersebut telah mulai memasuki pembangunan pondasi.
"Proyek yang semula seperti mimpi menjadi kenyataan. Awal mula ide ini diluncurkan, banyak kalangan, baik dari dalam negeri maupun dunia internasional, bahkan pihak pemerintah Palestina pun meragukan realisasinya. Namun berkat rahmat dan kasih sayang Allah, akhirnya proyek ini bisa diwujudkan," kata Abdillah.
Menurut Abdillah, kondisi Gaza benar-benar porak-poranda, hancur berkeping-keping. "Jangankan material untuk bangunan, bahan makanan pokok untuk sehari-hari saja sangat langka akibat blokade ilegal Israel terhadap Gaza," ungkap warga Indonesia yang pertama menikah dengan Muslimah Gaza ini.
Namun berkat kerja keras semua pihak, terutama rakyat Indonesia yang senantiasa mendukung secara moril maupun materiil, terkumpullah dana untuk pembangunan rumah sakit yang nantinya didesain sebagai rumah sakit korban perang atau traumatology hospital.
"Uang pembangunan RSI ini berasal dari sumbangan rakyat Indonesia dari segala kalangan," demikian Abdillah Onim.(*)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011