Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Norwegia sepakat bekerjasama dalam bidang kelautan dan perikanan, terutama untuk mengembangkan kemampuan dan ekonomi para nelayan Indonesia--yang tergolong masyarakat miskin. Kesepakatan itu, seperti yang dituturkan dari Oslo oleh Duta Besar RI untuk Norwegia, Retno L.P. Marsudi, kepada ANTARA, Selasa malam, dituangkan dalam Letter of Intent (LoI) yang ditandangani oleh Menlu Hassan Wirajuda dan Menlu Norwegia, Jonas Gahr Store di Oslo, Senin (23/1). "Tindak lanjut yang nantinya bersifat teknis, akan ditangani oleh epartemen kelautan dan perikanan kedua negara. LoI ini adalah pembuka jalan bagi peningkatan kerjasama di antara mereka," kata Retno. Norwegia sendiri dikenal dengan sektor perikanan sebagai tulang punggung dan kekuatan utama perekonomian negara tersebut setelah sektor perminyakan. Kementerian Luar Negeri Norwegia, seperti yang disebutkan dalam LoI yang diteken Menlu Hassan dan Menlu Store, akan mengalokasikan sumber pendanaan untuk memfasilitasi kerjasama lembaga terkait kedua negara, terutama departemen kelautan dan perikanan. Selama ini Norwegia melalui Kemlunya menyediakan 50-60 juta krone (Rp72 miliar-Rp86 miliar) bagi Indonesia setiap tahunnya untuk dana bantuan kerjasama pembangunan di dua bidang utama, yaitu tata pemerintahan yang baik (good governance) dan lingkungan. "Karena itu, dalam LoI juga disebutkan kerjasama yang mencakup bidang lingkungan, antara lain manajemen perikanan pesisir," kata Retno. Dalam LoI, pemerintah Indonesia dan Norwegia sepakat bekerja sama antara lain dalam masalah budi daya perikanan, penelitian, pendidikan dan pelatihan, pengembangan produk perikanan, manajeman perikanan pesisir, serta perlindungan kelautan dan perikanan. Kerjasama juga akan mencakup penggunaan sumber daya perikanan secara berkesinambungan serta pencegahan dan pembatasan penangkapan ikan yang tidak berijin dan tidak dilaporkan. Ditandatanganinya LoI bidang Kelautan dan Perikanan merupakan salah satu hasil kunjungan resmi Menlu Hassan Wirajuda ke Oslo pada 22-23 Januari 2006. Menurut Dubes Retno, kunjungan Hassan tersebut merupakan kunjungan seorang menteri luar negeri RI pertama kalinya ke Norwegia dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. "Jadi ini kunjungan balasan yang telah dilakukan Menlu Norwegia, yang telah mengunjungi Indonesia pada tahun 2004. Tahun 2005 juga datang ke Indonesia -- dalam rangka bantuan tsunami," katanya. Tentang hubungan perdagangan, kedua negara telah membukukan peningkatan volume. Pada tahun 2005, volume perdagangan RI-Norwegia mencapai 168 juta dolar AS, meningkat dari volume tahun 2004 yang tercatat 148 juta dolar AS. Indonesia sendiri pada tahun 2005 menikmati surplus perdagangan sebesar 74,9 juta dolar AS. Produk ekspor utama Indonesia ke Norwegia antara lain adalah mebel, pakaian, dan alas kaki, sementara Norwegia memiliki pupuk dan peralatan telekomunikasi sebagai andalan utama produk ekspornya ke Indonesia.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006