Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah berupaya memperkuat struktur ekonomi masyarakat Banten berbasis agribisnis dan meningkatkan peranan serta swadaya masyarakat lokal melalui rencana pembangunan jangka menengah 2007-2012.
Menurut Atut dalam siaran persnya yang diterima ANTARA di Jakarta, Minggu, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten telah menyebarluaskan inovasi pertanian melalui kegiatan Prima Tani di Desa Gempolsari, Kabupaten Tangerang sejak tahun 2007.
Dalam kegiatan ini, dilakukan pengembangan inovasi teknologi seperti pengembangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah, budidaya sayuran daun, cabe merah dan bawang merah.
Sementara, kegiatan inovasi kelembagaan berupa penguatan kelembagaan permodalan, berdirinya kios saprodi, yakni kios yang menyediakan dan menyalurkan sarana produksi pertanian seperti benih/bibit, pupuk dan pestisida untuk mendukung peningkatan produksi dalam upaya penyediaan pangan dan pengembangan agribisnis, dan penguatan kelompok.
"Program ini berhasil menggaet dukungan dari instansi pusat, provinsi dan kabupaten seperti Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan jalan usaha tani dan berdampak pada pengembangan Gapoktan Gempolsari dengan LKM-A dan menjadi Gapoktan terbaik pada tahun 2010 tingkat Provinsi Banten. Gapoktan ini menjadi tempat studi banding bagi gapoktan lainnya," ujar Atut.
Pada tahun 2009, BPTP Banten bekerja sama dengan Balitnak juga melakukan percontohan pengembangan ternak dan BPTP Banten melaksanakan uji adaptasi teknologi penyediaan hijauan pakan. Kegiatan ini dilaksanakan pada Gapoktan Juhut Mandiri di Kampung Cinyurup, Desa Juhut, Kabupaten Pandeglang.
Di wilayah ini juga terdapat pangan lokal khas Banten yang disebut talas beneng. Berkaitan ini, BPTP Banten juga melaksanakan kajian diversifikasi pengolahan talas beneng. Kedua kegiatan ini mendapat dukungan dari berbagai pemangku kepentingan.
Untuk kampung ternak domba sudah 10 instansi yang terlibat. Sedangkan untuk pengolahan talas beneng melibatkan dinas/badan tingkat Provinsi/kabupaten. Bahkan Wakil Menteri Pertanian (Bayu Krinamurthi, red) setelah berkunjung ke lokasi tersebut untuk memberi dukungan kepada masyarakat.
Gubernur Ratu Atut optimis, Banten akan mampu menjadi daerah swasembada beras dan sebagai penyumbang terbesar produksi beras nasional dan ia terus memberikan dorongan yang kuat terhadap pengembangkan pertanian.
Sebelumnya Ratu Atut Chosiyah juga menerima penghargaan Satyalancana Wira Karya dari Presiden melalui Menteri Pertanian Suswono , karena jasa dan dedikasinya di bidang pertanian.
Dalam setiap kunjungan kerjanya ke berbagai kecamatan, Atut terus menggaungkan target surplus produksi beras pada 2011, khususnya di kecamatan yang menjadi sentra tanaman padi seperti Kecamatan Cikeusal dan Padarincang.
Dijelaskan Atut, Banten menargetkan produksi beras sebanyak 2.190.632 ton gabah kering giling (GKG). Dengan ramalan produksi padi dari Januari-April mencapai 859.401 ton, dan estimasi pada Mei-Desember mencapai 1.328.797 ton.
``Sehingga diharapkan pada tahun 2011 ini surplus beras Banten mencapai 305.648 ton. Karena kebutuhan konsumsi beras masyarkat Banten pada tahun 2011 mencapai 1.072.918 beras,`` ujar Atut.(*)
(D011/A011)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011