Liwa, Lampung (ANTARA News) - Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Waykanan, Gino Vanollie menyatakan falsafah pendidikan Indonesia yang merujuk pada gagasan Ki Hadjar Dewantara selama ini terpenggal karenanya patut dilengkapi supaya tidak terjadi kesalahan, baik tafsir atau aplikasinya.

"Oleh sebab itu, di tahun ajaran 2011/2012 nanti kita mencoba menekankan `Ing Ngarsa Sun Tuladha` kepada para guru kita untuk melengkapi jargon `Tut Wuri Handayani` yang selama ini melekat pada logo pendidikan kita," ujarnya, Minggu, di Blambanganumpu saat dihubungi lewat telepon genggamnya dari Liwa.

Selama ini, lanjut Gino, Tut Wuri Handayani yang berarti seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang, salah dimaknai atau bahkan tidak tepat mengingat fungsi dan tugas utama seorang guru yang harus memberi teladan, mendorong, membangun SDM melalui pendidikan supaya tumbuh berkembang sebagaimana hakikat kata Ing Ngarsa Sun Tuladha.

"Tanpa bermaksud menentang pemerintah pusat tentunya, paradigma yang kami nilai dan analisa bisa membangun karakter tersebut nanti akan kita sebarluaskan kepada para tenaga didik dan jajaran pendidikan Waykanan melalui stiker dan kops surat, jadi supaya tidak terpenggal, lengkap dan esensi pendidikan yang diinginkan pendiri bangsa tidak hilang," tegasnya.

Hal tersebut, lanjut Kadisdik, dilakukan supaya SDM kita kedepan semakin unggul mengingat pendidikan dan karakter yang semakin bagus merupakan solusi penyelesaian masalah di bangsa Indonesia, baik di daerah atau di pusat.

Dinas Pendidikan Waykanan menilai, pemenggalan Ing Ngarsa Sun Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani menjadi Tut Wuri Handayani saja membuat pendidikan Indonesia tidak berkembang karena kesalahan baik dalam tafsir atau aplikasi sehingga tidak berhasil membangun karakter unggul bagi SDM Indonesia.

"Ketika jaman penjajahan, konsep Taman Siswa dengan falsafah Ing Ngarsa Sun Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani yang diusung Ki Hadjar Dewantara memberi sesuatu yang nyata bagi pembaharuan Indonesia melalui pendidikan, semestinya hal tersebut bisa berlaku sampai saat ini, tapi itu tidak terjadi, justru saat ini kita cenderung mengagungkan sesuatu yang asing, contohnya RSBI, betapa kita membiarkan filosofi asing tumbuh dan berkembang, menggusur kaidah-kaidah pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang terbukti sukses berpartisipasi memerdekakan bangsa ini," pungkasnya. (ANT049/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011