Burhanuddin Muhtadi mengatakan hal itu di Jakarta, Sabtu, menanggapi adanya layanan pesan singakt (SMS) dari Marzuki Alie kepada Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, yang beredar di kalangan wartawan.
SMS dari Marzuki Alie tersebut isinya melaporkan, bahwa dirinya mendapat banyak SMS dari elite Partai Demokrat yang saling memojokkan.
Dalam SMS tersebut, Marzuki juga menjelaskan bahwa manajemen Partai Demokrat sudah tak efektif lagi. Apa pun perintah pimpinan Partai Demokrat sudah tidak dipatuhi lagi oleh elite Partai Demokrat.
Marzuki juga menyebutkan, terjadi degradasi menuju kehancuran partai karena ulah kader yang juga diprovokasi media.
Burhanuddin menilai, SMS dari Marzuki Alie itu terkesan menunjukkan bahwa Ketua DPR RI itu memakai strategi dua wajah.
Di hadapan publik, katanya, Marzuki menyatakan, kegiatan rapat kooordinasi nasional (Rakornas) Partai Demokrat yang akan dilaksanakan bukan untuk mendorong kongres luar biasa (KLB), tapi di belakang layar melakukan gerilya politik.
Rakornas Partai Demokrat rencananya akan dilaksanakan pada 21 Juli mendatang.
"Grilya politik yang dilakukan Marzuki yakni apa yang di-SMS-kan kepada Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dengan menyebut penyelamatan partai atas kegagalan manajemen partai," katanya.
Dalam SMS-nya, kata dia, Marzuki tidak menyebutkan bentuknya tapi saat ini sudah berhembus isu di kalangan kader pengurus Partai Demokrat baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah perihal upaya menggulirkan KLB pada Rakornas mendatang.
Burhan menilai, Marzuki sepertinya ingin mengail di air keruh dengan memanfaatkan isu Muhammad Nazaruddin dan konflik antarkader terkait isu Nazarruddin dan Andi Nurpati.
"Dengan mengirimkan SMS tersebut, Marzuki berupaya mencari simpati dari Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, dengan mengesankan kisruh yang terjadi saat ini antara faksi Anas Urbaningrum dan faksi Andi Malarangeng," katanya.
Pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya, menilai, bukan tidak mungkin Marzuki berupaya memancing di air keruh.
Menurut dia, Marzuki meskipun merasa senior seharusnya mengikuti proses komunikasi "bottom up", yakni berkomunikasi lebih dulu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, bukan langsung kepada Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.
"Harus dipertanyakan mengapa SMS dari Marzuki itu bocor ke media massa, apakah disengaja atau tidak," katanya.
Jika SMS itu sengaja dibocorkan, menurut Yunarto, maka substansi yang ingin ditunjukkan adalah benar ada konflik di luar kubu Marzuki, sehingga pantas untuk diselesaikan.
Persoalan di internal Partai Demokrat, kata dia, adalah bagaimana agar komunikasi dilakukan satu atap dan satu pintu.
"Sebenarnya tidak boleh ada SMS seperti ini yang keluar karena menunjukkan adanya konflik. Kalau sampai SMS itu sengaja dibocorkan, maka patut dicurigai adanya niat tertentu," kata Yunarto.(*)
(T.R024/H-KWR)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011