"Kita sudah mendapatkan nama-nama pencari suaka itu, terindikasi sebagian yaitu sekitar delapan atau sembilan dari 43 orang itu berasal dari keluarga Wanggai," kata Sekjen Deplu.
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia telah mengidentifikasi seluruh 43 warga Papua yang baru-baru ini tiba di Australia dengan tujuan mencari suaka politik ke negeri Kangguru tersebut. Sekertaris Jenderal Departemen Luar Negeri (Deplu) yang juga Mantan Dubes RI untuk Australia, Imron Cotan, di Jakarta, Selasa, membenarkan bahwa perwakilan RI di Australia sudah mengidentifikasi ke 43 warga Papua itu. Sikap Jakarta sendiri menyiratkan harapan agar Australia tidak memberikan suaka kepada warga Papua tersebut antara lain dengan menegaskan bahwa tidak benar ada indikasi pembersihan etnis seperti yang disebutkan mereka sebagai alasan mereka mencari suaka. "Kita sudah mendapatkan nama-nama pencari suaka itu, terindikasi sebagian yaitu sekitar delapan atau sembilan dari 43 orang itu berasal dari keluarga Wanggai, sisanya belum diketahui persis apa latar belakang mereka," katanya. Menurut catatan, Wanggai atau yang dikenal sebagai Thomas Wanggai adalah salah satu aktivis Melanesia yang memproklamasikan Negara Melanesia Barat pada 14 Desember 1988 di Stadion Mandala Jayapura. Wanggai meninggal ketika masih berada di LP Cipinang tahun 1996. Pengikut Thomas Wanggai menyebut diri mereka Kelompok Bintang 14 yang tujuannya untuk mewujudkan Papua Merdeka. Sementara itu, menurut informasi terakhir ke-43 warga Papua yang tiba di Australia pada 19 Januari 2006, saat ini berada di pusat penahanan imigrasi di pulau Christmas. Mengenai kebenaran motif mereka tiba di Australia Imron mengatakan, Deplu RI telah memerintahkan perwakilan Indonesia di Australia untuk meminta kejelasan dari Pemerintah Australia apakah ke-43 orang itu memang benar-benar meminta status suaka.Sekjen Deplu kembali mengulang pernyataan Indonesia bahwa tidak benar terjadi pembersihan etnis atau "genocida" di Papua dan dia yakin, bahwa data dan informasi tentang apa yang terjadi di Papua juga termonitor oleh pihak Kedutaan Australia maupun kedutaan asing lainnya di Jakarta.Dia mengatakan adanya insiden tibanya 43 warga Papua itu dapat disimpulkan sebagai upaya mereka untuk menarik perhatian Dunia Internasional bahwa ada masalah di Papua.Imron menyatakan bahwa Indonesia berharap 43 warga Papua itu dapat dikembalikan ke Indonesia.Kasus pencarian suaka terakhir yang dilakukan warga Indonesia asal Papua ke Australia terjadi tahun 80-an oleh kelompok pemusik bernama "Black Brothers" pimpinan Andy Ayamiseba, sekitar empat hingga lima orang. Sebagian dari mereka ada yang tetap tinggal di Australia dan sebagian lainnya tinggal di negara Vanuwatu karena tidak berhasil mendapatkan suaka politik.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006