Jakarta (ANTARA News) - Naiknya suku bunga Cina direspon positif oleh mata uang rupiah di pasar spot antarbank Jakarta terhadap dolar AS Jumat pagi meski pergerakannya masih dalam kisaran sempit.

Nilai tukar rupiah Jumat pagi terhadap dolar AS naik dua poin menjadi Rp8.530 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya senilai Rp8.532.

"Kenaikan suku bunga di Cina direspon `mixed` oleh pasar Asia. Beberapa nilai tukar mata uang kuat Asia melemah seperti Yen, dolar Singapur, namun sebagian lainnya menguat termasuk nilai tukar rupiah," kata analis valas Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih di Jakarta, Jumat.

Ia menambahkan, dari dalam negeri, dalam Rapat Kerja Anggaran antara DPR dan pemerintah menghasilkan sentimen positif dengan menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,6 persen.

"Disepakati perubahan asumsi makroekonomi untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011 yaitu

pertumbuhan ekonomi menjadi 6,6 persen dari sebelumnya 6,4 persen, serta tingkat inflasi 6 persen dari sebelumnya 5,3 persen," kata dia.

Ia mengatakan, beberapa perubahan terlihat lebih realistis seperti pertumbuhan ekonomi, tetapi untuk asumsi terkait minyak masih konservatif.

Pengamat pasar valuta asing Farial Anwar menambahkan, setelah rupiah berada dalam kisaran 8.520 hingga 8.540 maka pergerakkannya tidak akan agresif dikarenakan penguatan rupiah akan ditahan oleh Bank Indonesia.

Selain itu, tambah dia, pelaku pasar juga enggan untuk melepas rupiah karena posisi dolar AS juga sedang dalam kondisi yang tertekan terhadap mata uang lainnya akibat ekspektasi melambatnya pelemahan rupiah.

"Perbaikan ekonomi AS ini akan melambat karena disaat yang sama harga minyak mentah juga meningkat seiring dengan ekspektasi kenaikan permintaan di AS," kata dia.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011