Bandung (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat dan para inohong, sesepuh, akademisi, budayawan Sunda, serta stakeholders lain bertemu untuk menyikapi berbagai isu yang berkaitan dengan kejawabaratan atau kesundaan dan bersepakat untuk memperkuat Kebhinekaan.
Komitmen tersebut ditegaskan dalam acara peluncuran launching In-Cast Injabar ( Institut Pembangunan Jawa Barat) Podcast dengan tema "Saya Sunda, Saya Indonesia" di Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda, Bandung, Selasa.
Ridwan Kamil mengatakan dalam pertemuan tersebut disepakati bahwa momentum kebhinekaan yang dipicu satu peristiwa saat ini harus dirawat oleh semua pihak.
"Kesimpulannya menyepakati agar momentum bersatu ini harus terus dirawat," ujarnya.
Baca juga: MPR: nilai-nilai kebhinekaan dalam Pancasila harus terus diamalkan
Seperti diketahui, masalah kebhinekaan kini tengah menjadi sorotan pasca-ucapan salah seorang anggota DPR yang menyudutkan etnis Sunda. Para inohong Jabar seperti, Popong Otje Djundjunan, Tjetje Padmadinata, Didi Turmudzi, hingga Budi Dalton menyampaikan sikap dan sarannya terkait peristiwa itu.
Kajian dari para budayawan dan inohong tersebut kemudian dititipkan kepada Injabar untuk dijadikan rumusan kebijakan pemerintah.
"Saya titipkan ke Injabar sebagai salah satu forum untuk menguatkan hal tersebut," kata Ridwan Kamil.
Menurut Kang Emil, saat ini masyarakat Indonesia khususnya Jabar harus tetap fokus pada hal yang sifatnya membangun dan tidak terganggu oleh situasi yang mengoyak kebhinekaan.
"Kita tahu selain kejadian Arteria, sekarang ada lagi yang ramai, jangan sampai situasi itu mengoyak kebhinekaan," ujarnya.
Baca juga: MPR: Nilai kebhinekaan Hasyim Asy'ari harus diteruskan
Kang Emil pun menyesalkan kejadian tersebut yang kini tertuju pada etnis Kalimantan.
Dia berharap agar bangsa ini tidak banyak membahas hal-hal yang berpotensi mengganggu kebhinekaan. Melainkan harus fokus membangun Indonesia bersama-sama.
"Itu juga sangat disesalkan karena pada dasarnya hidup ini ada pilihan termasuk pilihan kata yang sama argumentasinya namun tidak menyakiti. Tapi kalau dipilih kalimat yang mungkin menjadi multitafsir, menyinggung bangsa kita akan sibuk waktunya membahas hal-hal seperti itu dibanding kemampuan untuk membangun," ungkap Kang Emil.
Injabar sendiri merupakan lembaga atau wadah pemikir (think tank) yang didirikan oleh Ridwan Kamil yang memfasilitasi implementasi hasil riset sebagai dasar pengambilan keputusan.
Injabar yang merupakan perpanjangan tangan dari Universitas Padjadjaran ini dipimpin oleh Profesor Keri Lestari.
Baca juga: Puan: Generasi muda jangan berhenti bicara kebhinekaan-persatuan
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2022