Sanaa (ANTARA News) - Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, dengan wajah bekas terbakar dan tangan terbalut perban, muncul di televisi Kamis untuk yang pertama kali sejak ia cedera dalam serangan bom terhadap istananya di Sanaa.
Saleh, yang dirawat di rumah sakit Arab Saudi sejak serangan 3 Juni, hampir tidak bisa dikenali dan duduk dengan kaku ketika ia berbicara dalam pernyataan terekam yang disiarkan di televisi Yaman.
Ia menyatakan menjalani "lebih dari delapan operasi yang berhasil akibat luka-luka bakar yang dideritanya dalam kecelakaan" dan menyerukan dialog.
"Di mana orang-orang yang takut Tuhan? Mengapa mereka tidak melakukan dialog dan mencapai penyelesaian yang memuaskan" bagi seluruh rakyat Yaman, kata presiden kawakan itu, yang menjadi sasaran protes anti-pemerintah sejak Januari.
Saleh berterima kasih kepada Wakil Presiden Abdrabuh Mansur Hadi, yang mendapat tekanan domestik dan internasional selama menjalankan kekuasaaan saat presiden tidak ada, "atas upaya-upayanya menjembatani kesenjangan antara seluruh partai politik" di Yaman.
Pernyataan Saleh itu hanya berlangsung beberapa menit dan disusul dengan tayangan petasan yang menerangi langit Yaman.
Menurut para diplomat, peluang Saleh kecil untuk kembali ke Yaman karena kebuntuan politik parah setelah protes berbulan-bulan yang menuntut pengunduran dirinya.
Kelompok suku yang setia pada pemimpin oposisi kuat Sheikh Sadiq al-Ahmar terlibat dalam pertempuran dengan pasukan pemerintah di Sanaa setelah Saleh menolak menandatangani perjanjian transisi yang ditengahi negara-negara Teluk.
Perjanjian yang telah ditandatangani oposisi itu menetapkan Saleh meninggalkan kekuasaan dalam waktu 30 hari, dan sebagai imbalannya, ia akan memperoleh kekebalan dari penuntutan.
Saleh, yang telah berkuasa selama 33 tahun, menghadapi protes sejak Januari untuk menuntut pengunduran dirinya, yang disambut dengan tindakan keras aparat keamanan.
Demonstrasi di Yaman sejak akhir Januari yang menuntut pengunduran diri Saleh telah menewaskan lebih dari 300 orang.
Dengan jumlah kematian yang terus meningkat, Saleh, sekutu lama Washington dalam perang melawan Al-Qaeda, kehilangan dukungan AS.
Pemerintah AS mengambil bagian dalam upaya-upaya untuk merundingkan pengunduran diri Saleh dan penyerahan kekuasaan sementara, menurut sebuah laporan di New York Times.
Para pejabat AS menganggap posisi Saleh tidak bisa lagi dipertahankan karena protes yang meluas dan ia harus meninggalkan kursi presiden, kata laporan itu.
Meski demikian, Washington memperingatkan bahwa jatuhnya Saleh selaku sekutu utama AS dalam perang melawan Al-Qaeda akan menimbulkan "ancaman nyata" bagi AS.
Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.
Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.
Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP).
Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.
Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.
AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.
Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.
Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011