Kabul (ANTARA News) - Delapan polisi Afghanistan tewas Kamis ketika kendaraan mereka terkena ledakan ranjau di Afghanistan utara, kata polisi.
Peristiwa itu terjadi di provinsi Jawzjan ketika mereka sedang dalam perjalanan menuju ibukota wilayah itu, Shibirghan, kata wakil kepala kepolisian provinsi tersebut Mohammad Ebrahim kepada AFP.
"Delapan polisi kami tewas sekitar pukul 14.00 ketika kendaraan mereka terkena ranjau pinggir jalan di distrik Fayz Abad," katanya.
Ebrahim menuduh Taliban bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Taliban belum bisa dihubungi untuk diminta komentar mereka mengenai peristiwa itu.
Kekerasan meningkat di wilayah utara Afghanistan, dimana Taliban dan kelompok militan lain yang mencakup Gerakan Islamis Uzbekistan diketahui memiliki tempat persembunyian,
Rabu, enam polisi Afghanistan dan seorang warga sipil tewas ketika kendaraan mereka melindas ranjau darat di provinsi bergolak Uruzgan, Afghanistan selatan.
Keenam polisi itu bertugas untuk pasukan desa setempat dan hanya menjalani pelatihan tiga pekan sebelum mereka dipekerjakan untuk menghalau Taliban dari daerah mereka.
AS menyebut pasukan lokal sebagai solusi sementara atas kekurangan kronis polisi di banyak wilayah Afghanistan, yang diperburuk oleh serangan berulang kali Taliban terhadap para kader.
Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.
Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.
Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011