Setiap zona dipilih wilayah yang berpenduduk sekitar 30-35 juta jiwa, di setiap zona akan dibangun satu pusat penanganan bencana.
Semarang (ANTARA News) - Palang Merah Indonesia (PMI) memetakan enam zona di Indonesia yang akan dibangun pusat penanganan bencana di masing-masing zona, untuk memudahkan dan mempercepat langkah penanganan.
"Setiap zona dipilih wilayah yang berpenduduk sekitar 30-35 juta jiwa, di setiap zona akan dibangun satu pusat penanganan bencana," kata Ketua Umum PMI, Jusuf Kalla, di Semarang, Kamis.
Usai pelantikan Dewan Kehormatan dan Pengurus PMI Jateng masa bakti 2011-2016 itu, ia menyebutkan enam zone tersebut, meliputi Jateng, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi, Sumatera, dan Kalimantan.
Ia mengakui jumlah penduduk yang besar di suatu wilayah memang memiliki risiko banyaknya korban jika terjadi bencana, mengingat Indonesia secara geografis merupakan kawasan yang berpotensi terjadi bencana alam.
"Kita memang tidak bisa mencegah terjadinya bencana alam, namun setidaknya bisa meminimalisir dampak yang ditimbulkan, terutama jumlah korban jiwa, dengan penanganan yang cepat," kata mantan Wakil Presiden RI itu.
Menyadari potensi terjadinya bencana alam di Indonesia, ia mengatakan perlunya dibangun satu pusat penanganan bencana di setiap zona yang telah dipetakan, dilengkapi dengan berbagai peralatan dan fasilitas.
"Nantinya, pusat penanganan bencana di setiap zona itu dilengkapi berbagai fasilitas, seperti gudang penyimpanan air, penyimpanan makanan, dan berbagai peralatan, termasuk penyediaan helikopter," katanya.
Dengan adanya pusat penanganan bencana di enam zona itu, kata dia, penanganan yang dilakukan PMI dalam menghadapi bencana alam bisa lebih cepat karena sudah memiliki berbagai peralatan dan fasilitas pendukung.
"Selama ini, penanganan yang dilakukan menghadapi dampak bencana alam memang masih kurang, terutama dalam segi kecepatan, mengingat ketersediaan peralatan dan fasilitas di daerah-daerah," katanya.
Ia menegaskan penanganan bencana merupakan salah satu dari tiga tugas PMI, selain penyediaan darah melalui donor darah dan pelayanan sosial, seperti membuka layanan kesehatan masyarakat dan poliklinik.
"Dalam penanganan bencana, kami juga melakukan pelatihan menghadapi bencana kepada masyarakat, agar siap jika sewaktu-waktu menghadapi bencana. Kesiapan sangat penting untuk meminimalisir korban jiwa," kata Kalla.
Gubernur Jateng, Bibit Waluyo juga mengakui wilayah itu yang berpotensi mengalami berbagai bencana alam, mulai erupsi gunung berapi, gempa bumi, sampai bahaya gas beracun yang terjadi di kawasan Dieng.
"Baru saja kita menghadapi bencana erupsi Merapi yang berlanjut pada lahar dingin, setelah itu ada gas beracun di Dieng. Berbagai bencana ini harus disikapi dengan penyiapan masyarakat dalam menghadapinya," katanya.
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011