Apalagi, jika kondisi ekonomi keluarga kurang mendukung, bekerja setelah lulus adalah pilihan kebanyakan. Sebagaimana rencana strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2015 tentang Perbandingan SMA dan SMK, 70 berbanding 30, jumlah SMK ditambah

Rembang, Jawa Tengah (ANTARA News) - Minat siswa di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, bergeser dari sekolah menengah atas ke kejuruan sehingga tingkat serapan siswa baru pada sejumlah SMA di kabupaten itu cukup rendah.

"Kami bisa memahami pergeseran minat calon siswa baru di tingkat sekolah lanjutan atas dari SMA ke SMK yang menyebabkan tingkat serapan siswa baru pada sejumlah SMA cukup rendah karena sebagian masyarakat mungkin khawatir dengan kelanjutan pendidikan setelah lulus nanti," kata Kepala Bidang Kurikulum, Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang, Sugiyanto, di Rembang, Kamis.

Menurut ia, orientasi mereka yang bersekolah di SMA umumnya akan melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, sedangkan siswa SMK cenderung berorientasi sebagai tenaga siap kerja karena telah dibekali keterampilan.

"Apalagi, jika kondisi ekonomi keluarga kurang mendukung, bekerja setelah lulus adalah pilihan kebanyakan. Sebagaimana rencana strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2015 tentang Perbandingan SMA dan SMK, 70 berbanding 30, jumlah SMK ditambah untuk mengantisipasi pengangguran dari lulusan sekolah tingkat lanjutan atas," katanya.

Ia juga mengatakan, Dinas Pendidikan membuka SMK baru pada tahun ajaran 2011/2012.

"Kami menambah sebuah SMK Negeri di Gunem yang sementara masih `filial` dengan SMK Negeri Sedan dengan rumpun teknik mekanik otomotif, kemudian membuka SMK Bina Mandiri rumpun keperawatan di Kelurahan Magersari Kecamatan Kota, serta menambah satu program keahlian teknik komputer dan jaringan di SMK NU Lasem," katanya.

Bahkan, ungkap ia, saat program keahlian baru tersebut dibuka di SMK NU Lasem, peminatnya cukup tinggi yakni 80 calon siswa.

"Karena pergeseran ini, sangat wajar apabila serapan siswa baru di sejumlah SMA di kabupaten itu cukup rendah," katanya tanpa menyebutkan tingkat serapan siswa baru SMA pada tahun ajaran 2011/2012.

Mengenai serapan siswa baru di sejumlah SMA cukup rendah karena ada sejumlah sekolah yang mengeluarkan salinan resmi ganda daftar kolektif hasil ujian nasional (DKHUN) sehingga mengakibatkan seorang calon siswa bisa mendaftar di dua sekolah secara sekaligus, Sugiyanto membantah hal itu.

"Dinas pendidikan tidak pernah memberikan petunjuk untuk menerbitkan salinan resmi ganda DKHUN untuk kepentingan pendaftaran calon siswa pada penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang telah berakhir 5 Juli 2011," katanya.

Ia menegaskan serapan siswa baru yang cukup rendah pada sejumlah SMA diduga kuat karena adapergeseran minat siswa sekolah dari SMA ke SMK.

(PSO-168)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011