Hong Kong (ANTARA) - Saham Asia dan kontrak berjangka AS jatuh pada Selasa pagi, setelah sesi Wall Street yang penuh gejolak, dengan investor gelisah tentang situasi di Ukraina dan mengincar Federal Reserve AS di tengah kekhawatiran tentang langkah pengetatan kebijakan moneter secara global.
NATO mengatakan pada Senin (24/1/2022) bahwa pihaknya menempatkan pasukan dalam keadaan siaga dan memperkuat Eropa timur dengan lebih banyak kapal dan jet tempur, dalam apa yang dikecam Rusia sebagai "histeria" Barat sebagai tanggapan atas penumpukan pasukannya di perbatasan Ukraina.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang jatuh 1,2 persen ke level terendah dalam sebulan, dan indeks Nikkei Jepang tergelincir 2,0 persen ke level terendah sejak Agustus.
Ada penurunan tajam di sekitar kawasan tersebut. Hong Kong merosot 1,64 persen dan KOSPI Korea tergelincir 1,67 persen. Indeks acuan Australia anjlok 2,73 persen mencapai level terendah delapan bulan, juga dipengaruhi oleh inflasi tinggi pada Selasa pagi yang memicu kekhawatiran kenaikan suku bunga.
Baca juga: Dolar menguat di Asia karena Fed kian "hawkish", ketegangan Ukraina
Pasar Asia terseret lebih rendah oleh kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga AS yang lebih cepat, meningkatnya ketegangan di Ukraina, meningkatnya inflasi dan harga minyak yang lebih tinggi, kata Carlos Casanova, ekonom senior di UBP.
"Tetapi pada sisi positifnya, valuasi menjadi lebih menarik dan pertumbuhan pendapatan masih kuat untuk beberapa sektor. Jadi saya pikir kita akan melihat tarik ulur di pasar untuk minggu ini," katanya.
Kontrak berjangka AS juga melemah di jam Asia, indeks berjangka Nasdaq turun 1,2 persen dan indeks berjangka S&P500 kehilangan 0,95 persen, setelah pasar saham AS pulih dengan kuat di akhir sesi menjadi ditutup lebih tinggi, menutup kerugian tajam yang dibuat di pagi hari, karena investor memborong saham murah.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0,29 persen, indeks S&P 500 berakhir naik 0,28 persen dan Komposit Nasdaq menetap menguat 0,63 persen.
Menjaga para pedagang tetap waspada, Federal Reserve akan memulai pertemuan dua hari pada Selasa, dengan investor mulai berspekulasi bahwa ada kemungkinan kecil bahwa mereka akan mengumumkan kenaikan suku bunga yang mengejutkan.
Baca juga: Minyak naik dipicu gangguan pasokan, ketegangan geopolitik meningkat
Investor juga cemas mencari petunjuk tentang waktu dan laju kenaikan suku bunga yang diperkirakan hingga akhir tahun ini. Pasar uang memperkirakan kenaikan suku bunga pertama pada Maret, dengan tiga kenaikan seperempat poin lagi hingga akhir tahun.
Namun, imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS duduk di luar beberapa spekulasi. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun berada di 1,76 persen, stabil pada hari ini, setelah menyelesaikan hari yang berombak pada perdagangan Senin (24/1/2022) di dekat tempat mereka memulai.
Bank sentral Singapura juga memperketat kebijakan moneternya pada Selasa di luar siklus.
Ketegangan pasar mengirim dolar lebih tinggi terhadap sebagian besar rekan-rekannya. Indeks dolar berada di 95,922, melayang di dekat tertinggi dua minggu, setelah naik 0,29 persen semalam.
Dolar Aussie naik sebentar setelah angka inflasi tinggi, tetapi gagal mempertahankan kenaikannya dan mata uang ramah risiko itu masih melayang di dekat level terendah satu bulan yang dicapai sehari sebelumnya.
Harga minyak juga meningkat, semakin mengkhawatirkan investor saham. Minyak mentah AS naik 0,5 persen menjadi diperdagangkan di 83,73 dolar AS per barel dan minyak mentah Brent berada di 86,83 dolar AS per barel, naik 0,65 persen.
Emas mempertahankan kenaikannya baru-baru ini karena investor mencari keamanan. Harga spot berada di 1.841 dolar AS per ounce, datar pada hari ini tetapi mendekati level tertinggi dua bulan minggu lalu di 1.847,7 dolar AS per ounce.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022