Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia akan mewaspadai adanya peningkatan laju inflasi pada semester II 2011 yang dipengaruhi oleh faktor tekanan inflasi internasional dan inflasi yang dipengaruhi oleh kebijakan harga pemerintah (administered prices).
"Karena tahun lalu kita naiknya itu tinggi, ini juga sebenarnya di semester kedua ini nanti, kita percaya inflasinya itu akan lebih besar dari semester satu, karena base tahun lalu per bulannya itu sudah naik tinggi," ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution saat ditemui seusai rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan faktor inflasi internasional bisa mempengaruhi laju inflasi Indonesia karena ada beberapa negara yang mengalami tekanan inflasi tinggi seperti China.
"Memang tekanan inflasi internasional itu masih (tinggi), ada beberapa negara yang inflasinya terus naik, even China sampai dengan Mei saja, inflasi dia sudah di atas lima, lima koma berapa, jadi inflasi agak tinggi," ujarnya.
Sementara, apabila tidak ada perubahan yang signifikan dari administered prices maka walau laju inflasi diprediksi meningkat, dilihat dari year on year (yoy) hingga Juli, kecenderungan inflasi masih rendah di angka sekitar 5 persen.
"Kalau dilihat nanti year on year kecenderungannya nanti itu malah bukan makin tinggi dari yang sekarang, tapi sedikit makin rendah. Itu sebenarnya kita akhir tahun ini lima persen, kalau tidak ada perubahan administered prices," ujar Darmin.
Menurut Darmin, laju inflasi masih bisa diprediksi rendah karena laju inflasi tahun kalender Januari hingga Juni 2011 masih mencapai 1,06 persen.
"Itu sampai dengan Juni year to date, kita hanya 1,06 persen, bayangkan, itu berarti kurang dari 0,2 persen per bulan, sehingga walaupun agak besar naiknya dua kali lipat saja, naiknya per bulan tetap masih rendah," ujarnya.
Namun, apabila ada pengaruh kebijakan harga yang ditetapkan pemerintah atau administered prices seperti kenaikan BBM bersubsidi ataupun pengaruh volatile food seperti harga beras maka inflasi akan meningkat hingga 6 persen (yoy) pada akhir tahun.
"Maka dari itu kalau tidak ada administered prices naik, maka ditambah lagi, karena base angka inflasi Juli tahun lalu sudah agak tinggi 1,57 persen, itu berarti sepanjang inflasi Juli 2011 dibawah 1,57 persen year on yearnya akan turun," ujarnya menjelaskan.
Darmin memastikan BI akan memperhatikan faktor-faktor eskternal dan internal penyebab inflasi tersebut dengan memperhitungkan serta memperkirakan kapan inflasi mulai bergerak naik.
"Tentu saja dua-duanya kita perhatikan, tapi tetap fakta yang ada di dalamnya, tetap saja dia yang harus direspon apa yang ada. Artinya bukan apa yang di luar yang lebih ada, tapi apa yang di dalam yang lebih ada," kata dia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Juni terjadi inflasi sebesar 0,55 persen karena adanya kenaikan harga kebutuhan pokok terutama pada minggu keempat Juni.
Dengan demikian laju inflasi tahun kalender Januari hingga Juni 2011 mencapai 1,06 persen dengan inflasi yoy mencapai 5,54 persen dan inflasi inti yoy 4,63 persen.
"Inflasi yoy turun dari 5,98 persen karena inflasi Juni 2010 mencapai 0,97 persen dan ini bisa menurun lagi pada kisaran lima persen apabila inflasi Juli mendatang dibawah angka inflasi Juli 2010 yaitu 1,57 persen," ujar Kepala BPS Rusman Heriawan.
Pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2011 telah mengubah asumsi laju inflasi dari 5,3 persen menjadi 6 persen karena mempertimbangkan adanya peningkatan harga minyak dunia dan komoditas pangan serta faktor musiman. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011