Beijing (ANTARA) - Pertumbuhan ekonomi Daerah Otonomi Xinjiang, China, mengalami pertumbuhan sebesar tujuh persen pada 2021 dan selama lima tahun berturut-turut tidak lagi ditemukan kasus terorisme.
Dalam sidang tahunan Kongres Rakyat Xinjiang yang dimulai pada Minggu (23/1), dilaporkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) daerah itu sepanjang tahun 2021 mencapai 1,6 triliun yuan atau sekitar Rp3.626 triliun.
Ada tiga hal yang mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi di daerah yang mayoritas penduduknya berlatar belakang etnis minoritas Muslim Uighur, yakni investasi aset tetap yang meningkat 15 persen, ritel (17 persen), dan perdagangan luar negeri (5,8 persen).
Tingkat pengangguran di kawasan perkotaan masih di kisaran 5,5 persen yang oleh pemerintah daerah setempat sudah melampaui target tahunan.
Ketua Partai Komunis China (CPC) Komite Xinjiang, Ma Xingrui, dalam rapat tersebut memaparkan program kesejahteraan rakyat melalui pariwisata yang diintegrasikan dengan budaya masyarakat setempat.
Ma ditunjuk sebagai orang nomor satu CPC di daerah baratlaut China itu pada Desember 2021 untuk menggantikan Chen Quanguo yang menduduki jabatan tersebut sejak 2016.
Pada 2022 ini Xinjiang menargetkan 250 juta kunjungan wisata dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen.
Xinjiang menjadi sorotan dunia Barat atas dugaan pelanggaran bernuansa hak asasi manusia terhadap etnis Uighur.
DPR Amerika Serikat pada bulan lalu meloloskan legislasi larangan impor barang dari Xinjiang atas dugaan kerja paksa terhadap etnis Uighur.
Namun China menolak tuduhan itu karena dinilai tidak berdasarkan fakta di lapangan.
Baca juga: Xinjiang China catat peningkatan luas lahan pertanian
Baca juga: Setelah Tesla, giliran Airbnb rambah Xinjiang
Baca juga: Volume kargo kereta di Xinjiang lampaui 185 juta ton pada 2021
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022