Jakarta (ANTARA) - Maraknya tren makanan beku dan kaleng kala pandemi turut mendorong peningkatan produksi olahan dalam kemasan kaleng atau pouch tahan panas untuk memfasilitasi pengembangan kuliner nusantara.
Melihat kondisi ini Inagi selaku startup di bidang manufaktur mesin-mesin inovatif turut mendukung perkembangan tren baru di sektor kuliner ini. Melalui mesin produk andalannya Mini Retort Sterilizer Inagi memfasilitasi UMKM kuliner untuk menjaga kualitas makanan agar tetap steril dan praktis.
“Mini Retort Sterilizer merupakan teknologi proses sterilisasi komersial yang digunakan untuk memperpanjang masa simpan dan daya tahan produk. Produk dipanaskan di dalam bejana tahan panas dengan suhu 121 derajat Celcius dan tekanan kurang lebih 6-12 psi untuk memusnahkan spora bakteri patogen Clostridium Botulinum, E Coli dan bakteri pembusuk lain," ujar CEO Inagi Farizqi melalui keterangannya, Senin.
Farizqi mengatakan proses ini membuat produk yang semula hanya dapat disimpan selama beberapa hari kini bisa disimpan hingga dua tahun pada suhu kamar, sehingga stok lebih awet dan meminimalisir potensi kerugian pelaku UMKM ketika ada stok dagangan berlebih.
Baca juga: Kiat agar "startup" kuliner bertahan dan bertumbuh di masa pandemi
Baca juga: Tips bisnis kuliner makin "cuan"
Mini Retort Sterilizer adalah bentuk mini dari mesin retort yang jauh lebih besar kapasitasnya sehingga cocok bagi usaha skala UMKM, dengan kapasitas 50 hingga 200 liter.
Menggunakan material stainless steel food grade dengan keamanan yang terjamin, Mini Retort Sterilizer dapat digunakan untuk berbagai macam produk pangan seperti gudeg, rendang, sambal, abon, sarang burung walet, dan lainnya.
“Dalam beberapa waktu selama pandemi, sebanyak lebih dari 39 ribu total gabungan hotel, restoran, dan kafe di Indonesia terbatas dalam melayani makan di tempat. Agar bisnis terus berjalan, para pelaku usaha ini kemudian harus berinovasi untuk membuat makanan dalam kemasan sehingga bisa dikirim ke konsumen. Makanan harus disterilkan terlebih dahulu agar awet, higienis, dan aman yang memerlukan teknologi steril komersial,” tambah Farizqi.
Mesin pasteurisasi susu
Mesin unggulan lainnya yang dikembangkan Inagi adalah Miltech Pasteurisasi, teknologi pasteurisasi susu dengan menggunakan metode PEF (Pulse Electric Field) atau kejut listrik.
Dengan menggunakan pasteurisasi metode PEF, susu hasil perahan yang awalnya hanya bertahan 3 sampai 4 jam bisa awet hingga 3-4 hari pada suhu ruang dan bisa 3 sampai 6 bulan di dalam lemari pembeku. Hal ini tentunya berpotensi meningkatkan pendapatan peternak atau UMKM pengolah susu.
Teknologi pasteurisasi PEF tidak hanya dapat digunakan untuk proses pengolahan susu, namun juga produk lain yang memerlukan proses serupa seperti susu kurma, sari lemon, susu nabati, jus, dan segala minuman yang butuh pasteurisasi lainnya.
“Miltech dengan metode PEF mampu membunuh bakteri jahat pada susu dengan efisiensi hingga 97,125 persen sehingga mampu memperpanjang usia penyimpanan susu. Jika dibandingkan dengan pasteurisasi thermal yang berpotensi merusak nutrisi susu hingga lebih dari 50 persen, metode PEF merupakan pilihan terbaik karena mampu menonaktifkan 99 persen bakteri jahat pada susu tanpa merusak kandungan protein dan nutrisi,” papar Farizqi.
Mesin dengan kapasitas hingga 60 liter ini menggunakan material SUS 304 dan kerangka stainless steel, dilengkapi dengan UV light sterilization. Untuk menjangkau lebih banyak pelaku UMKM kuliner dan memberikan pelayanan terbaik bagi pelayanan aftersales mesin produksinya, Inagi berencana mendirikan kantor pemasaran dan Inagi care center di beberapa kota di Indonesia.
“Harapannya adalah Inagi mendirikan kantor pemasaran dan Inagi care center di lima kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, dan Palembang pada tahun 2022, dimulai pada kuartal II atau III. Tujuannya untuk menjadi pilihan utama para pelaku bisnis dalam upaya meningkatkan produktivitas usaha,” tutup Farizqi.
Baca juga: Fishtival ajak masyarakat gemari kuliner ikan dan peduli sampah
Baca juga: Resep "lobster mukbang" saus padang ala AfterBreak
Baca juga: Afterbreak, kisah sukses startup kuliner lobster lewati pandemi
Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022