"Kabut tebal setiap hari terjadi di jalur lintas barat dan malam hari ini kabut tebal itu menghalangi pandangan kami," kata pengendara yang berasal dari Bandarlampung, Nanang Ardiansyah (32) di Liwa, Rabu.
Dia menjelaskan, akibat kabut tebal, puluhan kendaran terpaksa menghentikan perjalanan.
Menurut dia, kondisi jalan berkabut, berpotensi terjadinya kecelakaan lalu lintas.
"Melintasi jalan negara yang melalui Lampung Barat, membutuhkan kesiagaan penuh, dan bila nekat untuk melanjutkan perjalanan saat terjadinya kabut tebal, maka nyawa akan menjadi taruhannya," kata Nanang.
Sementara pengendara lain yang berasal dari Provinsi Bengkulu, Muzairi (37) mengatakan, kabut menjadi ancaman pengendara lintas Sumatra.
"Kabut tebal yang terjadi dapat berisiko terjadinya kecelakaan, karena kondisi jalan yang berkelok, dan terdapat jurang sangat dalam, akan mengancam keselamatan pengendara," kata dia.
Dia memaparkan, kabut itu mampu menghambat perjalanan pengendara dalam mendistribusikan barang muatan.
Kemudian, lanjut dia, jalur lintas barat minim rambu (marka) lalu lintas , sehingga saat terjadinya kabut pengendara kesulitan melihat jalan aspal.
"Yang paling ditakuti pengendara saat melintasi jalan negara yakni kabut, sehingga saat terjadinya fenomena alam ini, sebagian besar pengendara memilih berhenti sejenak hingga kabut tersebut hilang," katanya.
Jalur lintas barat, kata dia, menjadi langganan terjadinya kabut tebal, sehingga menghalangi jarak pandang pengendara.
Kabut tebal yang terjadi sekitar pukul 01.45 Wib tersebut, membuat puluhan kendaran yang hendak melintas di jalan negara itu berhenti di lokasi lebih aman, sebab kondisi alam itu berpotensi terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Kondisi alam yang mayoritas hutan, membuat jalur lintas barat kerap diselimuti kabut. Sayangnya kondisi jalan dan letak daerah cukup ekstrem ini, tidak dilengkapi dengan rambu jalan, sehingga saat terjadi kabut tebal sebagian besar pengendara nyaris tidak dapat melihat jalan. (*)
(ANT-049/A035)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011