baju yang sebelumnya berwarna kuning diganti dengan warna merah
Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Minggu pagi menjelang siang, Mak Co, dewa utama di Klenteng Tjoe Tik Kiong Tulungagung dimandikan dalam sebuah ritual ganti baju menyambut Tahun Baru Imlek yang jatuh pada 2573 jatuh pada Selasa (1/2).

Prosesi pemandian dan penggantian baju ini dilakukan tertutup, melibatkan sejumlah bio ma (pelayan) klenteng yang terletak di tengah jantung Kota Tulungagung, Jawa Timur.

Bagi warga Tionghoa yang merupakan penganut Tri Dharma di wilayah Tulungagung dan sekitarnya, Mak Co diidentikkan sebagai dewa penguasa laut yang menjadi penguasa di klenteng tersebut.

Karenanya patung Mak Co dibuat paling besar di banding yang lain, dan menempati singgasana di altar utama persembahyangan yang ada di dalam klenteng.

"Sebagai dewa perempuan, Yang Mulia maunya dimandikan oleh perempuan yang belum/tidak bersuami. Bisa perawan bisa janda, pokoknya yang tidak bersuami," terang Tjio Jin Jin.

Baca juga: Klenteng Tjoe Tik Kiong Tulungagung dirias sambut Imlek
Baca juga: Universitas Pancasila resmikan Klenteng Kebajikan Agung

Ritual ganti baju dewa tidak selalu diberlakukan setiap klenteng, seperti selama ini ditradisikan di Klenteng Tjoe Tik Kiong. Alasannya, pakemnya berbeda-beda. Selain itu juga atas permintaan dewa.

"Baju yang sebelumnya berwarna kuning diganti dengan warna merah. Warna merah identik dengan Imlek. Warna yang melambangkan kebahagiaan," kata Jin Jin.

Ritual baru dibuka setelah prosesi memandikan selesai, dan Mak Co pun dipasangi baju kebesaran dewa dengan corak dominan merah.

Setelah itu, ruang utama klenteng yang semula tertutup pun dibuka. Ritual dilanjutkan dengan membersihkan 17 patung dewa lain yang ada di Klenteng Tjoe Tik Kiong.

Setelah penggantian baju ini, Klenteng Tjoe Tik Kiong tinggal melaksanakan sembahyang dewa naik dan ayak abu.

Baca juga: Mayoritas warga Tionghoa di Tulungagung pilih rayakan Imlek di rumah
Baca juga: Perayaan Imlek di Klenteng TMII berlangsung sederhana

Sembahyang dewa naik dilaksanakan pada 26 Januari, disusul ayak abu sehari kemudian. Sembahyang dewa naik adalah kenaikan Dewa Dapur atau Dewa Cao Kun Kong.

Sang dewa naik membawa catatan manusia selama satu tahun, meliputi perbuatan baik dan buruk.

"Ayak abu ini mengayak abu hio dari depan sampai belakang. Supaya saat Imlek nanti tidak ada benda-benda lain di dalamnya," tutur Jin Jin.

Baca juga: Ada ritual sembahyang meja tinggi di Klenteng Xian Ma Makassar

Baca juga: Ribuan warga Tionghoa kunjungi klenteng tertua di Pangkalpinang

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022