"Dalam situasi terjepit seperti ini, kami ingin ada pengalihan utang dari hasil restrukturisasi itu untuk operasional kami. Itu `darah segar` bagi kami," kata Dirut Garuda.
Jakarta (ANTARA News) - PT Garuda Indonesia (Garuda) memastikan akan mengajukan restrukturisai ulang utangnya kepada pihak kreditur, sementara rugi operasi BUMN Penerbangan ini pada 2005 mencapai Rp672 miliar. "Kita akan ajukan itu karena kami `default` (gagal bayar), termasuk komitmen membayar bunga 56 juta dolar AS dan pokoknya 55 juta dolar AS," kata Dirut Garuda, Emirsyah Satar, menjawab pers usai Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Senin. Oleh karena itu, tegasnya, pihaknya akan membicarakan restrukturisasi utang tersebut dengan para kreditur pada 26 Januari 2006 di Singapura. "Termasuk dengan ECA (European Creditur Agency). Bersama para penasehat keuangan itu, kami akan bahas semuanya termasuk kondisi kami riil saat ini," katanya. Total kewajiban Garuda ke pihak ketiga hingga saat ini mencapai 800 juta dolar AS lebih dari kondisi sebelum direstrukturisasi sebesar 1,2 miliar dolar AS. Setelah itu (restrukturisasi) pada 2001, setidaknya hingga 2010, BUMN Penerbangan ini harus menyisihkan pendapatannya untuk membayar utang sebesar 110-115 juta dolar AS per tahun. Emirsyah juga mengakui, rugi operasi perusahaannya pada 2005 mencapai Rp672 miliar atau turun dibanding kondisi yang sama pada 2004 sebesar Rp811 miliar. "Padahal pendapatan pada 2005 masih tercetak Rp11,4 triliun dan ekuitas riil saat itu sebesar Rp483 miliar dari kondisi sebelumnya sebesar Rp1,2 triliun," katanya. Kondisi tersebut sangat berbeda bila dibanding kinerja pada 2003 karena BUMN Penerbangan ini mencetak untung sebesar Rp3 miliar dan pada 2002 jauh lebih besar yakni Rp505 miliar. Pada 2001, BUMN Penerbangan ini merugi Rp130 miliar. Dijelaskan Emirsyah, biaya operasional Garuda pada kondisi normal sedikitnya memerlukan 30-40 juta dolar AS, tetapi pada saat ini sudah membengkak hingga 75-80 juta dolar AS. "Dari total biaya operasional itu 30 persen untuk bahan bakar, 15 persen leasing (sewa) dan 10 persen perawatan serta sisanya adalah untuk `over head` (biaya tinggi)," kata Emirsyah. Pada bagian lain, dia mengakui, pihaknya berharap pemerintah c.q. pemegang saham, bersedia melakukan pengalihan utang sebesar 55 juta dolar AS kepada kreditur untuk membantu operasional Garuda. "Dalam situasi terjepit seperti ini, kami ingin ada pengalihan utang dari hasil restrukturisasi itu untuk operasional kami. Itu `darah segar` bagi kami," katanya. Garuda dalam jangka menengah-panjang, tambahnya, berencana melakukan perbaikan armada dari kondisi saat ini dan menambahnya menjadi 60 pesawat berbadan sempit berbagai tipe (narrow body) dan 20-30 pesawat berbadan lebar. "Itu rencana kami dalam 10-15 tahun ke depan," kata Emirsyah. Ditanya mengenai kesepakatan antara Menneg BUMN dan Komisi VI DPR yakni peluang agar Garuda menjalin mitra strategis, dia mengatakan hal itu masih terbuka dan belum terfokus.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006