Jakarta (ANTARA News) - Setelah megalami tren penguatan nilai tukar rupiah bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa pagi seiring data ekonomi AS yang mencatatkan poin positif.

Mata uang rupiah terhadap dolar AS melemah 15 poin menjadi Rp8.538 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya senilai Rp8.523.

Pengamat pasar uang dari PT Harvest Futures International Tony Mariano di Jakarta Selasa mengatakan, positifnya data ekonomi AS memicu penguatan mata uangnya terhadap mata uang lainnya termasuk mata uang dalam negeri.

"Setelah mengalami tren pelemahan terhadap mata uang dunia, akhirnya dolar AS kembali terangkat seiring dengan data manufaktur yang positif," kata dia.

Ia mengatakan, kegiatan bisnis AS menunjukkan kenaikan seperti oleh lonjakan pesanan baru, sehingga membantu kekhawatiran tentang ekonomi yang membebani pasar selama dua bulan belakangan.

Selain itu, tambah dia, melemahnya rupiah juga akibat "profit taking" setelah mengalami penguatan cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir.

Meski demikian, kata dia, masih rendahnya tingkat suku bunga AS akan memicu pelaku pasar akan kembali menempatkan dananya pada negara yang memiliki tingkat suku bunga lebih tinggi seperti Indonesia, sehingga mata uang rupiah akan dapat kembali bergerak menguat.

"Level suku bunga di AS masih rendah sehingga akan memicu pelaku pasar memanfatkan selisih tingkat suku bunga dan mencari pada negara yang memiliki tingkat suku bunga lebih tinggi dibanding di AS serta memiliki fundamental ekonomi yang positif seperti Indonesia," katanya.

Ia mengatakan, suku bunga dalam negeri berpotensi akan naik seiring dengan indeks harga konsumen yang diprediksi meningkat saat menjelang hari raya lebaran, dengan begitu angka inflasi otomatis akan ikut naik.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011