Semarang (ANTARA News) - Ibu Negara Ani Yudhoyono meminta semua pihak agar bersama-sama mencegah pembuatan tayangan horor di Gedung Lawang Sewu, Semarang, sehingga citra gedung itu bisa diperbaiki.

"Banyak tayangan televisi yang mengeksplorasi dan menampilkan sisi horor, seram, mistis, dan irasional. Saya kira kita mengetahuinya. Ini yang harus kita cegah," kata Ani Yudhoyono dalam sambutan peresmian purna pugar Cagar Budaya Gedung A "Lawang Sewu" di Semarang, Selasa.

Menurut Ani, semua pihak harus memahami bahwa Lawang Sewu adalah gedung bersejarah dan indah. Oleh karena itu, sisi keindahan gedung itu harus ditonjolkan sebagai bentuk pelestarian sejarah sekaligus promosi pariwisata.

Dia menjelaskan, pelestarian budaya dan promosi pariwisata akan memberikan berbagai manfaat.

Di satu sisi, hal itu adalah sumber pemasukan bagi negara serta meningkatkan perekonomian rakyat, sedangkan di sisi lain bisa menguatkan jati diri bangsa yang beradab dan berbudaya.

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, gedung Lawang Sewu berfungsi sebagai pusat pengendali perkeretaapian di pulau Jawa.

Pada masa penjajahan Jepang, gedung itu digunakan sebagai pusat pemerintahan dan militer.

Penggunaan sebagai pusat pemerintahan dan militer sempat berlanjut pada masa kemerdekaan, sebelum akhirnya kembali dikelola oleh PT Kereta Api dan ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya.

Ani Yudhoyono bertolak ke Semarang dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada pukul 07.00 WIB dan tiba di Bandara Internasional Ahmad Yani satu jam kemudian.

Dalam kunjungan kerja itu, Ani Yudhoyono didampingi oleh Herawati Boediono, Menteri Budaya dan Pariwisata Jero Wacik, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Agum Gumelar, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, dan sejumlah anggota Solidaritas Istri Kabinet Indonasia Bersatu.

Ani Yudhoyono dan rombongan menuju komplek Lawang Sewu sesaat setelah tiba di Bandara Ahmad Yani menggunakan iring-iringan kendaraan khusus.

Selain meresmikan renovasi gedung Lawang Sewu, Ani Yudhoyono juga meninjau Pameran Kriya Unggulan Nusantara.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011