Pemerintah tutup mata, karena tidak ada komisinya jika urus TKI.
Makassar (ANTARA News) - Kisah tragis yang sering menimpa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang menjadi Pembantu Rumah Tangga (PRT) di Malaysia dipentaskan di Makassar.
Pementasan dilakukan pada malam penganugerahan festival teater Kala Monolog III di Teater Arena Gedung Kesenian Sulsel Societeit De Harmony, di Makassar, Senin malam.
Potret buram para TKI wanita sampai tersekap dalam penjara di Negeri Jiran disajikan dalam peran khusus oleh aktris teater berbakat asal Sentani, Papua, Luna Vidya yang membawakan naskah "Tolong" karya Nano Riantiarno.
"Tolong! tolong! tolong! Apa ada yang mendengar saya. Saya tahu tidak akan keluar jika tidak ada yang datang menolong," teriak Luna berulang-ulang hingga suaranya semakin melemah, kedua tangan dan seluruh badan ikut bergetar hingga terkapar terkulai lemas di tembok.
Luna memerankan sosok Marni, TKI asal Indonesia yang sudah sebulan disekap dalam penjara karena dituduh mencuri uang anak majikannya. Majikannya marah karena gagal memperkosa Marni.
Berselang satu menit, Marni mencoba bangun dengan susah payah untuk mencari pertolongan. Ia mencoba mengingat dan meminta tolong kepada sang suami yang dikisahkankan tinggal di Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Marni kali ini tidak lagi bisa menulis keluh-kesahnya kepada sang suami. Ia juga tidak bisa menulis dan menceritakan apa sebenarnya yang menimpa dirinya saat diperlakukan tidak manusiawi oleh sang majikan.
Sebelum dijerumuskan dalam penjara, Marni sempat mengabari suaminya tidak perlu melapor kepada polisi atau pun yang berwenang di Indonesia, karena ia yakin uangnya akan habis percuma.
"Pemerintah tutup mata, karena tidak ada komisinya jika urus TKI," sindirnya.
Demikian juga dengan para pendekatan-pendekatan diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia, Marni sama sekali tidak yakin dengan kecakapan para diplomat Indonesia mampu melepaskannya dari teruji besi.
Di akhir pentas, Marni tidak punya lagi harapan. Ia tidak diberikan kesempatan ke pengadilan Malaysia untuk menjelaskan bagaimana sang majikan memperlakukan dirinya dengan kasar, sampai hampir memperkosanya andai Marni tidak melawan.
"Saya tidak akan biarkan orang lain menyentuh saya. Kalau itu terjadi saya akan bunuh dia (majikan-red) atau bunuh diri," ucapnya.
Dalam kondisi seperti itu, suami Marni yang berada di seberang lautan mulai menunjukkan ketidakpeduliannya.
Saat lampu dinyalakan, tepuk tangan meriah pun terdengar. Luna Vidya masih melanjutkan monolognya dengan memberikan spirit kepada penonton yang rata-rata perempuan untuk tidak lagi mau dibodoh-bodohi.
Acara ditutup dengan penyerahkan penganurahan kepada tiga pemenang festifal teater yakni Juara I Ruzel, Juara II Fansiskus Tupateka, serta Juara III Andi Rezki Anggaraini.
Sebelum pengumuman pemenang, dewan juri Ram Prapanca (Ketua) Sinata Febriany (anggota) dan Arman Dewatri (anggota) mengumumkan lima nominator dari sembilan peserta yang tampil monolog sejak 1-3 Juli.
Kala Monolog ini adalah vestifal teater tahunan antara Sanggar Seni Mahasiswa Perguruan Tinggi se-Makassar, yang diselenggarakan Kala Teater sejak 2009 lalu.
(ANT099)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011