London (ANTARA News/AFP) - Seorang prajurit Inggris yang dilaporkan hilang di Afghanistan pada Senin telah ditemukan dalam keadaan tewas dengan luka-luka tembakan, demikian diumumkan kementerian pertahanan di London.
Mayat prajurit itu ditemukan setelah pencarian menyeluruh di distrik Nahr-e Saraj di provinsi bergolak Helmand, Afghanistan selatan, sesudah ia dilaporkan hilang di pos pemeriksaan Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF).
Peristiwa itu terjadi pada saat Perdana Menteri David Cameron mengunjungi pasukan Inggris di Helmand tanpa pemberitahuan. Ia terpaksa membatalkan lawatan ke sebuah kota Afghanistan yang sebelumnya dianggap sebagai contoh daerah yang keamanannya meningkat.
"Prajurit itu dilaporkan hilang di pos pemeriksaannya pada pagi-pagi sekali hari ini dan pencarian menyeluruh di daerah itu dilakukan sepanjang hari untuk menemukannya," kata juru bicara Satuan Tugas Helmand Letnan Kolonel Tim Purbrick.
"Malam ini, mayat prajurit itu ditemukan oleh pasukan ISAF. Ia mengalami luka-luka tembakan," katanya.
"Penyebab pasti kematiannya masih belum ditetapkan dan keadaan seputar hilangnya prajurit itu dan kematiannya masih diselidiki," lanjutnya.
"Tidak tepat untuk berkomentar lebih lanjut pada saat ini. Kami ikut berduka bersama keluarga dan kerabatnya," tambah perwira itu.
Dengan kematian prajurit itu, jumlah prajurit Inggris yang tewas di Afghanistan menjadi 375 sejak operasi di negara itu diluncurkan pada Oktober 2001. Sekitar 27 prajurit Inggris tewas tahun ini.
Inggris menempatkan sekitar 9.500 prajurit di Afghanistan, penyumbang terbesar kedua setelah AS untuk pasukan ISAF pimpinan NATO.
Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.
Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.
Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.(*)
(Uu.M014)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011