Baghdad (ANTARA News) - Serangan-serangan bom dan penembakan di Irak pada Senin menewaskan sedikitnya 10 orang dan mencederai 28, banyak dari mereka polisi dan prajurit, kata sejumlah pejabat keamanan.
Di daerah Mansur, Baghdad, tiga polisi tewas dan satu orang cedera akibat ledakan bom rakitan yang juga melukai tiga warga sipil, kata seorang pejabat kementerian dalam negeri.
Serangan bom bunuh diri di daerah Baab al-Muadham di Baghdad pusat mencederai lima personel keamanan yang menjaga sebuah terminal bis, kata pejabat itu.
Di Baghdad selatan, bom rakitan menewaskan satu orang dan mencederai tiga lain.
Sementara itu di kota Fallujah, 69 kilometer sebelah barat Baghdad, sebuah bom mobil meledak di luar rumah sakit, menewaskan satu polisi dan seorang warga sipil, kata perwira polisi Mayor Nuri al-Jumaili. Delapan orang lain cedera, lima diantaranya polisi.
Di Haditha, juga di Irak barat, serangan bom bunuh diri di dekat kantor dewan kota mencederai dua polisi, katanya.
Di provinsi wilayah selatan, Babil, bom pinggir jalan menewaskan satu prajurit dan mencederai dua warga sipil, dan seorang bersenjata membunuh seorang polisi dari satuan anti-kejahatan. Tiga anak yang mengorek-ngorek tumpukan sampah juga cedera akibat ledakan bom.
Di Irak utara, orang-orang bersenjata yang menggunakan peredam suara membunuh seorang anggota Uni Patriotik Kurdistan kubu Presiden Jalal Talabani di Diyala, dan seorang prajurit tewas dan satu lagi cedera akibat ledakan bom rakitan di luar kota Mosul, kata beberapa pejabat keamanan.
Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan menjelang penarikan penuh pasukan AS.
Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak.
Juni merupakan bulan paling mematikan sepanjang tahun ini, dimana 271 orang Irak dan 14 prajurit AS tewas dalam serangan-serangan.
Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April, menurut data resmi, sementara pada Mei jumlah orang Irak yang tewas dalam kekerasan mencapai 177.
Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.
Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.
Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.
Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaida.
Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaida kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu, demikian AFP melaporkan.
(SYS/M014)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011